Thursday, 8 December 2011

Masih Relevankah Sistem Perladangan Berpindah ???

Hmmmsss akhirnya gw bisa berjumpa dengan Internet lagi. Ternyata kangen juga dengan Internet ini setelah sekian lama bertapa di Paong.

Areal yang sudah siap untuk dilakukan penanaman setelah dilakukan pembakaran  dan ini adalah contoh areal yang dibakar secara sempurna (matang)
Sekarang gw mencoba untuk mengulas mengenai Sistem Perladangan Berpindah / Shifting Cultivation yang sudah sangat terkenal di Kalimantan / Borneo. Gw bukan ahli ato pakar untuk masalah ini, jadi apa yang akan gw paparkan hanyalah based on my experienced.

Sistem perladangan berpindah adalah sebuah cara perladangan yang nomaden dan hanya sekali tanam setahun & setelah itu mereka akan meninggalkan areal ini.

Tata cara perladangan berpindah sudah di terapkan ratusan ato mungkin ribuan tahun lalu oleh bangsa asli / penduduk asal pulau kalimantan / borneo seperti suku bangsa Dayak & Melayu.

Ada beberapa tahap yang akan dilakukan sebelum melakukan perladangan berpindah, yaitu :

  1. Internal Meeting. Ini adalah tahap awal yang akan di lakukan oleh penduduk suatu kampung. Mereka akan melakukan pertemuan untuk menentukan siapa saja yang akan membuka ladang tahun ini?, berapa luas yang akan di buka?, dimana saja lokasi yang akan di buka? dan berbagai persiapan awal sebelum memutuskan membuat ladang. Biasanya meeting ini dilakukan setelah gawai atao pesta panen padi usai sekitar awal July setiap tahunnya. Sebagai tambahan informasi bahwa Pesta panen padi adalah kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat penganut perladangan berpindah. Untuk wilayah Sabah (dayak Kadazan dan Dusun) mereka merayakan pesta ini setiap 29 - 30 May setiap tahun dan namanya adalah Pesta Kaamatan dengan motto mereka "Kotobian Tadao Tagazo Do Kaamatan". untuk wilayah Sarawak (Dayak Iban only) mereka merayakan pesta ini setiap tanggal 01 - 02 June setiap tahun dan namanya adalah "Gawai Dayak" dengan mottonya Gayu Guru Gerai Nyamai. Di Kalimantan Barat sendiri biasanya sepanjang bulan Juni setiap tahunnya yang di rayakan oleh Suku Dayak dengan istilah mereka "Naek Dango". 
  2. Eksternal Meeting. Meeting yang sudah menemukan mufakat di peringkat kampung akan di bawa ke meeting dengan kampung tetanggga / jiran untuk menghindari adanya overlapping area dan mencegah berbagai hal2 yang tidak diinginkan dengan tetangga yang juga melakukan shifting cultivation.
  3. Upacara Penanaman Padi. Biasanya akan ada upacara / sesajen sebelum penduduk kampung melakukan pembukaan lahan. Tetapi untuk saat ini mungkin hal ini sudah di lakukan modifikasi disana sini sesuai dengan kepercayaan dan agama masing2. Tetapi intinya adalah ada upacara / do'a selamat seperti ini sebelum memulai aktifitas pembukaan ladang. Setiap suku bangsa dan daerah memiliki istilah dan tata cara masing-masing sesuai dengan kultur dan kebiasaan nenek moyang.
  4. Pembukaan Lahan. Kegiatan pembukaan areal hutan / gunung ini dilakukan secara gotong royong oleh orang2 kampung sesuai dengan kesepakan / mufakat yang sudah dicapai. Biasanya tuan rumah hanya bertanggung jawab menyediakan konsumsi yang sewajarnya untuk kegiatan gotong royong ini. Besaran areal yang akan dibuka di dasarkan kepada berapa gantang benih padi yang ingin di tanam dan biasanya mereka tidak menggunakan satuan hektar atau meter persegi. Kalo ada yang tanya 1 gantang itu berapa kilo... eeehmmm sejujurnya gw juga gak faham dan gak pasti... karena ada yang bilang 1 gantang adalah 2,50 kg ada juga yang bilang hampir 3 kg, but gw sendiri belum pernah melihat alat ukur gantang ini. Biasanya mereka menanam hanya untuk secukup mereka makan sampai setahun, karena padi yang dihasilkan tidak untuk di jual dan mereka juga gak preferred untuk makan padi yang merupakan sisa tahun lalu. Jadi hal ini juga membuat mereka gak terlalu rakus untuk membuat ladang yang terlalu luas.
  5. Pembakaran. Setelah 1 bulan biasanya areal hutan yang sudah di tebang dan ditebas sudah kering dan bisa mulai di bakar. Aktifitas ini biasanya berlangsung antara Agustus - awal Oktober setiap tahunnya. Pembakaran ini biasanya dilakukan secara sangat hati2 oleh penduduk kampung, mereka sangat menguasai arah angin dan teknik sekat bakar. Kearifan lokal telah menjadikan mereka sangat pakar untuk masalah ini untuk menghindari masalah kebakaran hutan besar. Kegiatan pembakaran juga melibatkan orang ramai, tetapi biasanya hanya dilakukan oleh kalangan lelaki saja.
  6. Penanaman. Sebelum memulai penanaman mereka sudah melakukan penaburan benih awal ditempat lain dahulu sehingga bibit padi siap. Bibit padi yang sudah siap biasanya berukuran tinggi sekitar 20 cm ini akan dibawa ke areal penanaman dan biasanya akan dilakukan setelah hujan agar tanah menjadi lebih lembut. Sebagai tambahan informasi saja, biasanya mereka juga menanam jagung, sawi kampung, timun blewah, perenggi (pumpkin) dan juga terung asam (tamarind brinjal).
  7. Maintenance. Kegiatan ini meliputi pembersihan rumput dan gulma lainnya agar pertumbuhan padi menjadi lebih baik lagi. Kegiatan ini hanya dilakukan oleh tuan tanah saja dan keluarga. Biasanya selama musim ini maka tuan tanah akan menetap di dangau atao langkau atao pondok di areal ladang mereka sehingga setiap hari mereka bisa menjaga padi ini. Mereka tidak menggunakan berbagai pupuk ataupun bahan kimia, semuanya dirawat secara alami dan tradisional.
  8. Panen. Tiba sudah masanya untuk menuai padi dimana biasanya juga akan dilakukan secara gotong royong antara warga kampung dan ini biasanya dilakuna sekitar awal February sampai April. Mereka sangat berhati2 dengan kegiatan ini karena kalau terlalu terlambat dari rekan2 yang lain maka padi mereka akan di lahap tikus dan bianatang lainnya yang suka makan padi. Kearifan lokal (indigenous knowledge) mereka dalam mengelola kegiatan ini sudah terbukti hingga ke hari ini.
  9. Pesta Menuai Padi. Ini adalah rangkaian penutup dari ritual Perladangan Berpindah seperti yang termaktub pada point pertama.
  10. Penandaan. Setelah areal ladang berpindah ini tuai maka lahan yang ada akan di tanam dengan beberapa tanaman lokal yang penting seperti Pinang, Tengkawang (Shorea spp), Durian, Karet /Getah dll. Kenapa Pinang? karena orang2 dahulu sangat gemar sekali memakan sirih & pinang untuk kebugaran tubuh katanya. Pinang juga adalah tanaman yang tidak di makan oleh binatang sehingga kalau ada pohon pinang di hutan maka dapat dipastikan bahwa tanah tersebut ada yang punya karena ada yang menanam pinang secara sengaja di situ. Trus kenapa Tengkawang? karena  dari jaman dahulu kala lagi (jaman barter) Tengkawang adalah produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, di dunia Tengkawang di pakai untuk kosmetik yang berkualitas premium, untuk campuran obat2 dan juga berbagai bahan makanan yang cukup mahal. Kenapa Durian ? karena banyak yang suka dengan buah ini dan bernilai ekonomi tinggi. Kenapa Karet / Getah ? karena ini seperti bank yang di kemudian hari akan selalu mengalirkan uang / hasil. Areal ini kemudian di kenal dengan istilah Temuda / Mawang bagi masyarakat Sarawak dan Tembawang / Temawang bagi masyarakat Kalimantan Barat. Di Kaltim, kalteng dan Kalsel mereka memiliki istilah masing2 yang gw juga gak begitu pasti. Tetapi pada umumnya memiliki tata cara yang sama dalam mengelola areal bekas ladang. Tetapi pada saat ini banyak yang menanam Sawit di areal bekas ladang mereka.
Secara umumnya / generally inilah step2 yang dilakukan oleh orang2 di bumi Kalimantan dari dahulu kala dan hingga ke hari ini masih di terapkan oleh orang2 kampung yang menetap di kawasan hulu / ulu ato pegunungan.

Di abad yang sudah serba canggih, mungkin sedikit sekali orang masih bisa menyaksikan secara langsung kegiatan ini. Mungkin bisa dikatakan ini adalah salah satu budaya / culture bercocok tanam purba yang masih lagi ada dan di pelihara di kalangan masyarakat dayak pada khususnya.

Ulasan ini bukanlah kajian ilmiah atao jurnal kuliah. paparan diatas hanyalah rangkuman pengetahuan sepihak dari gw yang pernah melihat dan merasakan langsung kegiatan ini selama gw pernah mengembara di belantara Kalimantan / Borneo. Gw sendiri dari orok gak pernah bikin ladang berpindah karena Bokap & Nyokap udah kerja jadi PNS???... kalo menurut cerita nenek gw, beliau juga gak pernah mengalami hal ini, karena back ground keluarga kakek dan nenek adalah pedagang / peniaga. Tetapi nenenk gw bilang memang banyak sekali kegiatan ini dan setiap tahun mereka akan pindah ke daerah lain / hutan lainnya untuk di buka kembali sebagai areal ladang baru.

Biasanya ladang yang sudah berubah fungsi menjadi Tembawang akan menjadi suatu kebun yang sangat penting. Ada ketentuan umum dalam Tembawang di Kalimantan Barat : "Siapa saja boleh makan buah dan apa saja yang ada dalam Tembawang ini, tetapi tidak boleh sama sekali membawa pulang / keluar hasil kebun ini karena ini akan mendapatkan hukum adat oleh orang2 kampung karena di kategorikan sebagai pencuri". Pengalaman gw ketika menyusuri sungai Mentibat (anak sungai Kapuas) di Putussibau dan menemukan orang kampung disana (bertepatan dengan musim durian), mereka mengatakan setiap Tembawang lama ada namanya seperti Tembawang Beribu. Tembawang ini di katakan tembawang beribu karena yang menanam buah disini sudah memiliki generasi atao keturunan yang ke-9 atau yang ke-10 jadi yang berhak atas tembawang ini sudah sangat ramai sekali alias beribu-ribu orang istilahnya.

Jadi walaupun orang sudah banyak ke Bulan dan ada yang sudah nyampe Mars, maka masih ada juga orang2 yang masih mempertahankan pola bercocok tanam purba dengan pola ladang berpindah.

Semoga ulasan ini berguna untuk menambah wawasan kita semua ...... maaf gw sampaikan kalo dalam ulasan ini banyak yang kurang atao ada keliru ... kritik membangun sangat gw harapkan.




Marudi - Sarawak
... Ayah Double Zee ... 

6 comments:

Elsa said...

aku jadi inget orang Jepang...
yang malah berladang di puncak gedung bertingkat karena tidak punya lahan...

sementara kita...
masih menerapkan pola ladang nomaden gini karena kebanyakan lahan

hilsya said...

hehe.. jadi inget woro-woro Susan.. kalo tulisannya EYD berarti yang nulis Zul..

Kalimantan -meski ga semua area- rasanya makin gersang aja..

niee said...

Iya bang bener.. lahan berpindah itu hanya membuat hutan srmakin sempit.. tapi gak terlalu pengaruh seh dibandingkan dg kebun kelapa sawit..

niee said...

Iya bang bener.. lahan berpindah itu hanya membuat hutan srmakin sempit.. tapi gak terlalu pengaruh seh dibandingkan dg kebun kelapa sawit..

Template Booklet Company Profile said...

Iya bang bener.. lahan berpindah itu hanya membuat hutan srmakin sempit.. tapi gak terlalu pengaruh seh dibandingkan dg kebun kelapa sawit..

Template Booklet Company Profile said...

Iya bang bener.. lahan berpindah itu hanya membuat hutan srmakin sempit.. tapi gak terlalu pengaruh seh dibandingkan dg kebun kelapa sawit..