Sunday 28 November 2010

Demi Sebuah Lift Bening

Note : Sebelomnya ni tulisan dah gw posting tanggal 28 November, dini hari, dan sukses. Tapi pas pagi mo dibuka eh ga bisa. Tau ah gelap kenapa jadi error [padahal dah ada 4 Temans yang komen]. Secara gw gaptek, yo weiss deh di tulis ulang lagee. Hiks!


Sebelomnya, gw mo ketawa dulu baca komen2 Temans di postingan kemaren (Refleksi : Blogger & Kehidupan Nyata). Banyak yang ngerasa aneh ko tumben2nan Jeng Soes postingannya pendek buangets, ga seperti biasanya yang sepanjang jalan tol Jakarta - Merak. Mana bahasanya ‘kalem’ dan ‘serius’ pula. Udah insap jadi preman, Jeng? Huehehe, belom dunks, gw masih menganut aliran metal ekspresionisme. Pastinya, tulisan model begituh bukan gw banget! So, sapa dunks yang posting? Siapa lagi kalo bukan laki ekye tercinta. Akhirnya booo, setelah 9 bulan Om Zul berdormansi, muncul juga kesadarannya sebagai salah satu admin blog keluargazulfadhli. Maka, disela2 kesibukan melakukan re-checked hasil QC anak buahnya, memberikan test kepada auditor, dan memotong jenggot di tengah hutan, si Om nyempet2in untuk menulis sesuatu.

Otreh, kembali ke rumpian awal. Hari ini, tanggal 28 November, seorang teman Zahia, Bang Azka, berulang tahun ke-5. Menurut kabar yang beredar di KISS kemaren sore, Abang ganteng nan baik hati ini ga minta hadiah apa2 dari Mama Vera dan Papanya. Cumaaaaaaa [teteup dunks ada cumanya], doski pengen diajak muter2ke seluruh mall di Jakarta Raya untuk naik lift seharian, ampe gempor. Hohoho, Bang Az emang lagi kecanduan naek lift, apalagi yang bening2.

So, dengan tekad ingin memberikan hadiah spesial buat Bang Az, Zahia sama AyBun bela2in ngemall tengah hari Sabtu bolong, tujuannya apalagi kalo bukan berpoto2 narsis di lift. Meskipun menanggung beban mental dianggap sebagai rombongan kelompencapir dari ndeso, kami tetap teguh kukuh, tak surut barang sedetikpun, untuk melaksanakan niat mulia (baca: memberikan kado super duper spesial pake telor karetnya dua, kepada Bang Az) [ada yang pesen nasi goreng pedes kah??]. Pemotretan dilakukan di Boulevard Hypermart, salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Miri, menggunakan kamera pinjaman dari kantor Ayah [ketauan kaga modalnya]. Bujug dah, keluar dari lift gw langsung keleyengan. Gimana kaga, wong naek turun ada 7 kali demi mendapatkan gambar yang bagus dan ‘ga goyang’. Semoga suka yah Bang Az.

Ups, lupa doanya! Zahia + AyBun doain moga2 Bang Az sehat selalu, sekolahnya makin pinter, jadi Abang yang hebat untuk dedek Alisha, dan bisa bikin bangga Mama Papa. Semoga sukses juga program dietnya, jadi bisa cepet2 disunat. Amieeeeennnn. Jangan lupa kue ultahnya dikirim ke Miri, Zahia kan pengen icip2.

Belom pergi kemana2, narsis dah kumat. Turunan emaknya banget!

Boulevard Hypermarket. Masih bagus Mall Metropolitan yah bentuknya [hihihi maklum gw taunya MM doang secara jarang nge-mall di Jakarta]

Butuh trolley? Ambil disini. Tapi sebelumnya harus kasih deposit dulu 1 RM ke petugas. Tar, kalo acara belanja-belanjinya udah selesei, silahkan balikin tu trolley ke tempat asalnya, dan duit 1 RM akan dikembalikan. Kalo males balikin, hangus deh depositnya. Budaya yang bagus, bukan?

Liat kotak bening di belakang kami? Yup itulah lift pujaan hati

Nak, ketemu ga duitnya??
Serasa lift milik sendiri. Isinya hanya kami bertiga. Yang lain dilarang nebeng! Apalagi yang kaga mandi sebulan!!


Sang poto model kehausan. Mimi air jeruk dulu ah ransum dari rumah [emak2 pengiritan kemana2 bawa bekel]
Bosen naek lift, ganti haluan ke helikopter. "Hayooooo para penumpang yang masih mangkal di atas pohon dipersilahkan untuk segera turun dan naek ke dalam Heli Guk-Guk-Guk. Beberapa detik lagi kita akan segera berangkat", kata Pilot Zahia

Laper? Boleh nyobain makanan di Food Court. Halal ko


Penampakan dari tingkat 4



Pulangnya belanja sayur dan buah dulu
Lanjuuut Maaaang - Demi Sebuah Lift Bening

Wednesday 24 November 2010

Refleksi : Blogger & Kehidupan Nyata

Dunia saat ini kian Flat dengan keberadaan Internet. Media komunikasi ini merentasi berbagai batas-batas budaya, geografi, agama, dll. Dari sejak dunia maya ini ditemukan banyak sekali faedah-faedah yang positif & negatif tercipta sebagai buah dari peradaban dan pergolakan manusia.


Blog adalah salah satu sarana komunikasi dalam dunia maya yang cukup mendapat respon yang positif dari berbagai kalangan, walaupun tak dapat dipungkiri ini juga sering kali di salah gunakan. Blog yang saat ini kita kenal tidaklah se-exclusive beberapa taon lalu dimana harga / tariff internet saat ini sudah sangat murah dan terjangkau.


Dalam kondisi inilah rupa / wajah dunia nyata kemudian menyeruak masuk juga kedalam penampakan Blog. Secara sadar atau tidak kita sudah masuk dalam suatu komunitas yang mengkotak2. Berbagai tema, topik, disiplin ilmu dan apapun lah namanya menyatu dalam dunia maya ini. Sang empunya blog ato yang sering di sebut Blogger supaya lebih keren kemudian membentuk ruang2 tersendiri sesuai dengan minat, bakat, kelas, strata, kasta, tingkatan sosial, dll yang secara sadar atao tidak sudah terbentuk dengan sendirinya.


Pertemanan, relasi dan komunikasi yang terbentuk sedemikian rupa juga memperlihatkan adanya sistem atao gejala "gang-isme" seperti ketika jaman kita masih sekolah dulu. Kemudian banyak yang bertanya apakah itu kemudian salah dan kurang tepat?... semuanya benar dan semua tidak salah karena bukanlah hak seseorang untuk mem-Veto tentang hal ini benar atao salah.


Makna semuanya adalah dunia blog juga bisa memberikan gambaran nyata betapa sifat dan kehidupan dunia nyata juga terjadi dalam ruang dunia maya yang hanya selebar layar monitor laptop / PC.


Ulasan ini hanyalah instrospeksi kami selaku pemula dalam dunia ini yang mana beberapa hari lagi akan genap berusia setahun... tak terasa dunia bergerak dan jantung berdegub. Semoga kita semua bisa memilah dan memilih sesuai dengan hasrat dan keinginan kita. Jangan sampai kita terjebak lagi seperti dalam dunia nyata yang masih melihat manusia dalam kelas2 / strata2 tertentu.




Marudi, ... Ayah ...
Lanjuuut Maaaang - Refleksi : Blogger & Kehidupan Nyata

Thursday 18 November 2010

Happy Idul Adha 1431 H

Keluarga Zulfadhli. HM mengucapkan

HAPPY IDUL ADHA 1431

MARI KITA PELIHARA SEMANGAT BERBAGI


(walopun telat ngucapinnya, teteup afdol kan Say?)


4x Lebaran di negeri orang (Idul Fitri 1429 H, Idul Adha 1429 H, Idul Adha 1430 H, Idul Adha 1431 H). Sesama negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Serumpun. Iklimnya pun sama, tropis. Tapi kenapa rasa ketika hari raya tiba jauh berbeda?


Idul Fitri 1429 H

Saat itu kami stayed di camp. Berdua saja, karena Zahia masih di dalam perut. Habis sholat magrib & Isya, Abang takbir sendirian di rumah, karena di camp memang ga ada masjid. Hiks, betapa gw merindukan susasana malam takbiran di kampung halaman: orang keliling2 kota sampe pagi; naik truk, motor, ato mobil; mengumandangkan takbir, kadang disertai dengan tetabuhan galon air minum, drum, gendang, ato apapun yang bisa ditabuh. Semarak dan meriah bukan main.

Keesokan hari, pukul 6 am, gw dan Abang bersiap2 menuju masjid di kampung Jepak, masjid terdekat dari camp, sekitar 20 menit perjalanan naek mobil, ato
Lanjuuut Maaaang - Happy Idul Adha 1431 H

Thursday 11 November 2010

Zahia, si Anak Pantai

Lagi2, rencana memosting Mudik Edisi II gagal maning. Bukannya kenapa2, pertama tu postingan belom juga selesei2 [dasar pemalesan!]. Yang kedua, gw kebelet banget pengen cerita acara jalan2 ke pantai, hari Minggu lalu. Awalnya, kami mo ke Luak Bay, pantai nan indah di Miri, pagi2. Tapi, setelah perundingan meja persegi panjang yang cukup alot antara gw, Abang, dan Uti, akhirnya diputuskan pagi shopping ke E-Mart, baru sorenya ke pantai.

Jam 4.30 pm, ngaret 1 jam dari jadwal seharusnya, kami cabut dari rumah. Uti membatalkan untuk ikut karena mo nonton Indonesia’s Got More Talent, acara kesukaan Uti setelah Take Me Out dan Happy Song [hidup Indosiar!!]. Tumben2nan neh Bun barang bawaan ga seheboh biasanya, dan itu bikin Ayah Zahia menghirup napas lega secara doski kuli panggulnya. So, apa ajah seh isi tasnya, jadi penasaran? Ga banyak koq, cuma baju ganti Zahia, susu dan bekel makanan Zahia (bubur nasi + kacang merah + brokoli + telur), kosmetik Zahia (bedak, minyak telon, lotion, sisir), ember & sekop dan peralatan maen pasir lainnya, sponge cake buat camilan dikala laper, dan air mineral.

Mengingat kami berangkat udah hampir pukul 5, maka tempat tujuan yang semula di Luak Bay, kira2 1 jam-an dari rumah naek mobil, beralih menjadi Taman Selera yang lumajan lebih dekat, yaitu ½ jam lebih sedikit.Oooohhh berarti Taman Selera adalah nama pantainya yah Jeng Soes? Bukan … bukan, itu nama tempat makan yang terdiri dari banyak kedai, berada di pinggir pantai. Kalo pantainya sendiri ga bernama alias anonim. Selain itu, di tepi pantai [ga tepi2 amat seh] terdapat taman dengan banyak tempat duduk, playground, kamar mandi yang bersih. Pokonya komplit deh fasilitas disono.

Agak2 susah juga nyari tempat parkir karena hari Minggu, sore pula, dimana banyak orang pengen menghabiskan waktu untuk melihat sunset yang indah bersama keluarga, pasangan, atopun hewan peliharaan seperti buaya contohnya [hiiihhh, niat amat yak miara buaya?!]. Sukses parkir bukan pada tempatnya [syukur2 ga kena tilang], dengan bergegas, kami langsung menuju pantai. Zahia, yang biasanya kalo ngeliat ayunan dan perosotan suka kalap, kali ini mah lempeng2 ajah. “Nda .. nda … pantai. Horee … horrrreeee”, beitu kata Tuan Putri sambil lompat2 ala anak kangguru dan mengangkat tangan ke atas .

Pantainya indah. Lumayan bersih. Ada juga darmaga yang cocok buat poto pre-wed. Di sebuah batang pohon tua kering, tergeletak di pinggiran pantai, kami meletakkan sandal dan harta benda lain. Tanpa membuang waktu Zahia dan Ayah mulai maenan pasir, bikin kue tart yang diatasnya dihiasi biji2 pinus. Bunda sebagai penjaga barang nongkrong ajah di atas pohon [lutung kaleeee], maksud ekye duduk di atas batang pohon, sambil sibuk poto2. Sempet juga ngayal pengen punya rumah di tepi laut, di sebelah rumah banyak ditumbuhi pohon kelapa, so kalo gw haus tinggal minta Abang panjat tu pohon dan bikinin es kopyor buat gw. Wow, kayanya romantis banget. Tapi pikiran itu langsung gw buang jauh2, ngeri ngebayangin tiba2 ada tsunami, yang ketinggian ombaknya 10 meter. Hadoooh, mana gw kaga bisa berenang pula! Maka gw pun kembali pada pemikiran sebelumnya, kepengen bikin rumah di tengah hutan ajah, dikelilingi pohon duren, rambutan, sawo, nangka, dan jengkol [bener2 naluri orang utan dah].
Kami pulang ketika jam di tangan sudah menunjukkan pukul 6 pm. Wiken yang menyenangkan. Thanks yah Ayah Ganteng. Boleh dunks kapan2 ke pantai lagi, tapi mbok yah jangan di Miri mulu, di Phuket gituh loooohhhhh.
Update : Nama pantai yang kami kunjungi ternyata Tanjung Lobang.


Jadi pengen ngegelar tiker kan ngeliat pohon rindang kaya beginih?


Bersih banget. Yakin deh kalo di Indonesia tamannya dah dipenuhin sama gepeng & tukang asongan

Bersih-sih-sih-sih-sih ... !! Harus dapet piala Adipura


Dermaga. Kalo ga inget kemaluan, rasanya pengen berdiri di ujung dermaga, dengan pose Titanic. Gw adalah Kate Winslet kena kutuk, dan Abang Leonardo di Capri [kacang kapri kalee]



Darmaganya ada 2. Yang satu ini pake tenda segala. Cucox untuk tempat pesta pernikahan outdoor. Pesen gw buat penganten cewe, kalo niat pake gaun versi orang2 bule, plizz jangan pake yang punggungnya terlalu terbuka. Kebayang dunks abis mantenan malah kerokan gara2 masuk angin

Hehehe kebayang deh Ayah kerja pas hari Senen pake tas Hello Kittynya Zahia. Pasti keren bangets!

Sebelom maen, mimi susu dulu Sayang


Kembaran ni yeee. Sama2 pake celana pendek. Sama2 pake topi. Tapi kenapa Ayah topinya ga pinky aming juga? Pasti suamikyu keliatan lebih manis dan kemayu hihihi

Serius amat Nduk ngambil pasirnya. Tapi jangan banyak2 trus diekspor ke Indonesia yah


Mata mendelik, kaki jingkat2. Kepiting .... oooohhhh kepiting ...



Bunda & Zahia nyari harta karun. Berharap nemu dompet ato cincin berlian


Dikejar Satpol PP, Jeng?

Senengnya maen air

Mo nangkep apaan Say?

Hasil jepretan Ayah. Hhhmmm ... artistik. I love it, Hon!


Nice picture. Ternyata laki gw ada juga bakat jadi paparazzi, eh potograper maksudnya
Lanjuuut Maaaang - Zahia, si Anak Pantai

Thursday 4 November 2010

Studi Banding? Ke Laut Ajah!!

Gw, sebagai emak2 beranak satu berlaki satu, serta pengamat pasar, terutama pergerakan IHSG dalam mempengaruhi kenaikan harga cabe keriting dan brokoli kribo, bener2 ga habis pikir dengan kelakuan makhluk2 berkuasa di tanah air tercinta, Indonesia Raya. Gimana kaga, di tengah2 bencana alam yang bertubi2 melanda, eh anggota2 Dewan kurang terhormat dan elite2 politik masih ajah sibuk ngomongin STUDI BANDING. Beberapa hari lalu, gw nyaris melemparkan ulekan ke tipi, kalo ga sadar bahwa tipi itu dibelinya pake duit dan bukan daun, saat MA [u know lah hai yang gw maksud, itu lho ketua DPR] berkata “Satu2nya cara untuk belajar adalah dengan studi banding”.

Marilah sodara2 sekalian kita buka kamus Bahasa Indonesia dengan khidmat dan teliti untuk mencari apa sebenernya pengertian dari kata2 tersebut. Studi adalah belajar, penelitian ilmiah, kajian, telaahan; sedangkan banding yaitu persamaan, tara, imbangan. Maka, jika digabungkan, pengertian kedua kata tersebut ialah : suatu kajian ilmiah dengan mencari imbangan dari kasus yang sama atau serupa di tempat lain. Seyogyanya, peserta studi banding merupakan orang2 dengan pemahaman bagus terhadap bidang yang akan distudi-bandingkan, serta kemampuan menyerap ilmu dengan baik, supaya setibanya di kampung halaman ilmu baru yang diperoleh dapat diaplikasikan secara tepat.

MAMPUKAH MEREKA?

Itulah pertanyaan yang banyak berkelebat di dalam otak jutaan masyarakat Indonesia, saat wakil2nya di Dewan berencana untuk mengadakan studi banding, ke luar negeri pula. Jangan salahkan ketika banyak opini miring bermunculan. Pemicunya bukan hanya satu, tapi banyak hal. Antara lain:

1. Anggota dewan terpilih berdasarkan suara terbanyak, bukan keahlian yang dimiliki.

Siapa punya banyak pendukung dalam Pemilu, maka dialah Sang Pemenang. Oke oke, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam menjatuhkan pilihan, banyak pemilih masih sembarangan. Karena dihujani oleh kiriman kaos dan sembako,padahal bahan kaosnya tipis dan kasar sehingga bisa digunakan sebagai saringan, maka jatuhlah talak kepada si pemberi. Dikasih duit ala kadarnya yang udah tentu ga cukup untuk kasih makan keluarga dalam sebulan, langsung berserah suara. Dihadiahkan alat2 pertanian, mesin air, genset, serta kebutuhan2 lain yang diperlukan desa, berbondong2lah orang memilih tuan yang baik hati itu. Akibat dari uang berbicara itulah maka banyak caleg yang kurang ato bahkan ga ‘qualified’ sama sekali justru tepilih.

2. Maraknya kasus jual-beli ijazah.

Makin maju suatu peradaban,semakin canggih juga orang2nya. Kalo dulu di pasar yang di perjual-belikan adalah sayur, buah, ikan, daging, ayam, jaman sekarang ijazah sudah menjadi salah satu komoditi tersebut. Kasus caleg yang cuma lulusan SMA, tapi tau2 punya ijazah dari sebuah perguruan tinggi, bukanlah isapan jempol. Pun bukan rahasia umum lagi. Efeknya apa sodara2? Titel boleh tinggi, deretan MSi MSc dan MM (baca : Mall Metropolitan) membuat penulisan nama menjadi lebih panjang dan seakan2 terlihat sangat intelek, tapi isi otak kosong melempem. Pantas saja almarhum Gus Dur pernah berkata bahwa DPR ga lebih dari sekumpulan anak TK.

3. Anggap saja benar2 bersekolah, tapi kemudian salah jurusan.

Salah jurusan yang gw maksud disini bukan naik bus Kp. Rambutan - Bogor padahal tujuannya ke Lampung. Tapi, ketika seorang yang anggaplah benar2 lulusan dari sebuah perguruan tinggi, meraih gelar Sarjana Sastra Jawa, IPK alhamdulillah cukup buat makan, kemudian terpilih dalam Pemilu dan duduk di Bidang Anggaran. Nah lho? Mati kutu dah. Dengan alasan itulah studi banding menjadi satu2nya cara belajar efektif agar kekurangan pengetahuan dan skill doski akan cepat didapat dan dikuasai. Pertanyaan berikutnya: apakah iya studi banding yang jangka waktunya relatif singkat dapat segera menambal ‘kekurangan’ tersebut? Jangankan Sarjana Sastra, wong Sarjana Ekonomi ajah kalo disuruh nyusun anggaran masih megap2 [kasus temen gw yang disuruh nyusun Budget Capex perusahaan sama bosnya langsung bengek 3 hari 2 malam].
4. Kemampuan Bahasa
Gw yakin seyakin2nya kalo ga semua anggota Dewan, elite2 pemegang tapuk pemerintahan, bisa berbahasa Inggris. Boro2 mengharapkan berbahasa Inggris dengan baik dan benar, wong cas-cis-cus ala Tukul ajah masih banyak yang gelagapan. Waktu gw freelance di BPPT tahun 2005, mengadakan seminar skala internasional tentang gempa bumi dan tsunami, banyak peserta dari Indonesia, yang merupakan orang2 PEMDA (contoh : sekretaris daerah, dll), sama sekali kaga bisa bahasa Inggris. Nah loh! Kumaha ieu teh? Padahal diktat, materi seminar, diskusi, semuanya berbahasa Inggris.

SEBERAPA EFEKTIF?

Tingkat kepercayaan masyarakat bahwa studi banding itu efektif sangatlah rendah. Tak heran ada stigma ‘studi banding = pelesiran’. Coba kita tengok negara2 yang dipilih sebagai tujuan studi. Afrika Selatan, sebagai tempat mencari ilmu mengenai Pramuka. Apakah memang Pramuka di Afsel sudah sedemikian majunya? Berikutnya, Yunani. Ada yang bisa jelasin ga seh kenapa harus ke Yunani buat belajar etika? Kenapa bukan Yu Yati ato Yu Gemi? [hihihi itu mah tukang baso di Cilegon]. Bagusan juga pergi ke Jepang. So jikalau pada akhirnya dinilai gagal dalam menjalankan tugas,mereka ga sungkan2 untuk mengundurkan diri, ato harakiri sekalian (baca: bunuh diri).

Akibat pemilihan negara tujuan studi banding yang seringkali tidak selektif, karena tidak cocok dengan substansi masalah yang sedang dipelajari, serta ketidaksamaan dalam sistem politik, sosial, dan kondisi geografis dengan Indonesia, maka gw merasa bahwa studi banding ga efektif dalam mengatasi permasalahan di dalam negeri. Kalo beda 180 derajat lalu gimana mo mengaplikasikannya?

Bisa dibilang gw adalah orang yang selalu suudzon dengan Anggota Dewan Kurang Terhormat. Bisa dikata gw kejam, karena punya pikiran daripada piara DPR bagus piara tuyul, jelas2 menghasilkan duit bukan malah ngebuang2. Ups, tuyul haram yah bo? Gw ganti deh jadi piara ternak, entah itu sapi, kebo, ato domba. Dikasih pakan berkualitas, badannya semakin hari semakin montok, mendekati Idul Fitri ato Idul Adha dijual, pasti banyak yang mau beli dengan harga tinggi. Nah kalo Anggota Dewan, udah mah dikasih fasilitas2 nomer 1 [liat dunks mobilnya, coba dibeliin kerupuk udah dapet berton2 kerupuk plus tempat pikulannya plus emang2 yang jual], gaji dan insentif ini itu ditambah duit rapat gini gitu yang kalo ditotal jumlahnya cukup buat beliin susu bayi2 di pengungsian, bukannya memberi masukkan dan ide2 terbaik untuk Negara, eh malah jadi lintah. Iya, lintah. Nempel, ngisep darah, kalo udah kenyang ga juga mau lepas. Ga tau diri!

Dua orang sepupunya Abang, mejadi anggota DPRD Tk.II, satu di kota A, satu lagi di kota B, Kalimantan Barat. Yang di kota A keren sekali, suami istri dua2nya menjadi anggota dewan. Mereka berdua tamatan SMA. Waktu kami silaturahmi Lebaran ke rumahnya, Sang Istri cerita mereka baru pulang dari S’pore, bareng anggota dewan lainnya. Gw pun bertanya2 apa gerangan yang dikerjakan orang2 itu ke S’pore? Kalo mo studi banding, apa yang di-studikan? Apa yang di-bandingkan? Karena setau gw, kedua orang itu (baca: sepupu Abang, otomatis sepupu gw juga) ga bisa berbahasa inggris. Atokah bahasa sehari2 di S’pore adalah bahasa Melayu? Di ujung cerita, gw hanya melempar secuil senyum serta anggukkan kepala sebagai bentuk menanggapi, saking ga tau harus bicara apalagi, sebab dari keseluruhan cerita kegiatan jalan2 dan blanja-blanjilah fokus pembicarannya.

Di kota B, sodara Abang bernama, mmmmm … sebut saja Mawar. Ok, secara Mawar sangat lazim digunakan koran Lampu Merah untuk menyebut inisial seseorang [ada yang pernah baca koran ituh?], maka gw akan ubah namanya menjadi Pinus. Iya, gw ga tertarik lagi dengan nama bunga, makanya gw pilih nama pohon. Back to the topik, lakinya Pinus adalah anggota Dewan. Saat gw maen ke rumahnya, di tengah2 acara ngemil tempe goreng dengan cabe, dia ngomong begini:

Pinus : “Teh, kemaren Pinus dari Bandung loh” (mesem2)
Gw : (nambah tempe untuk kali ke-7, tanpa cabe, karena bibir dah jontor kepedesan) “Ngapain?”
Pinus : “Kan ada pelatihan istri anggota Dewan”
Gw : (muka lempeng) “Pelatihan apaan?”
Pinus : “Pokonya pelatihan gituh deh. Soalnya kan udah ada anggarannya. Oya Teh, hotel kami deket Pasar Baru lho. Jadi Pinus sama istri2 anggota Dewan lainnya belanja kesana. Tapi penuh banget. Desek2an. Makanya cuma sebentar”
Gw : (berpikir dengan serius kenapa pada cerita pelatihan yang menggunakan uang rakyat garis bawahnya justru adegan belanja di Pasar Baru) “…………….”
Pinus : (level mesem2nya meningkat jadi cengar-cengir) “Tar bulan depan juga ke Bandung lagi Teh. Ada pelatihan lagi”
Gw : (nyolot semangath ‘45) “PELATIHAN APAAN??”
Pinus : (cengar-cengir kuda lumping makan beling keselek lembing) ”Ya pelatihan istri anggota Dewan, Teh”

Temans, dua contoh itu bukan gw denger dari orang lain, media cetak, ato versi sinetron di tipi. Itu adalah percakapan nyata antara Jeng Soes versus anggota Dewan, yang merangkap sebagai sodara. Mereka pun ‘hanya’ DPRD Tk.II, bukan yang di pusat. Tapi ternyata gejala2 gilanya sama kan?!

Sekali lagi, tulisan ini hanyalah jeritan hati seorang emak2 seksi pengamat pasar, sekaligus pemerhati cowo2 ganteng kaya Tom Cruise, Ashton Kutcher, dan Raffi Ahmad di pilem ‘Jeruk Purut vs Jeruk Bali’. Gw minta maap karena gw yakin, diantara segerombolan maling2 berdasi yang kerjanya bikin miskin Negara, pasti ada barang sebiji dua biji tiga biji [banyak amat bijinya, San?] makhluk2 berhati malaikat, melaksanakan amanat rakyat dengan jujur, bersih, adil, dan membela kepentingan wong cilik.

Saran gw buat MA, sekarang kan teknologi udah luar biasa maju. Informasi2 apapun bisa dicari melalui internet. Banyak literatur yang bisa dipelajari. Kalo ga puas, bisa dilakukan korespondensi dengan staf ahli dari negara lain. Kalo masih ga puas, datangkan si ahli tersebut, toh mendatangkan 1 orang lebih murah pastinya daripada memberangkatkan pasukan secara berbondong2. Dan gw yakin masih banyak alternatif2 lainnya, yang tidak memboroskan uang negara.

Diatas itu semua, prioritas utama haruslah diletakkan pada kebutuhan2 yang tingkat urgensitasnya tinggi. Seperti saat ini, dimana bumi Jawa Tengah & Yogyakarta sedang dicumbui erupsi Merapi, tanah Mentawai diciumi tsunami, sungguh tidak patut rasanya jika duit bermilyar2 malah dialokasikan untuk perjalanan dinas ke luar negeri. Justru inilah waktu paling tepat untuk menunjukkan bahwa tanpa studi bandingpun para Anggota Dewan yang terhormat masih memiliki etika dan moral.

Note: Para pengungsi makan ala kadarnya. Di Yogya, mereka makan hanya dengan nasi + tempe + kerupuk. Bayi2 dan anak2 kecil ga minum susu, ga makan sayur, ga makan buah. Ketersediaan air terbatas. Ketakutan, trauma, menghantui setiap saat. So kelaut ajah deh yang judulnya DPR kalo masih kekeuh mo STUDI BANDING. Oya, ke sumur juga boleh. Ato sekalian ke Merapi biar icip2 sedikit gimana rasanya ‘wedhus gembel’. Salam metal!!
Note lagee : Udah tau kan tentang Gubernur Sumatera Barat yang jalan2 ke German pada saat Mentawai kena tsunami? Ya ampyun Om, lo tu yee kebangetan amath!! Rakyat lo menderita, banyak yang wafat, luka2, keilangan rumah, keilangan sanak sodara, kocar-kacir cari tempat aman, eh lo malah pelesiran!! Awas yah kalo yey perjalanan dinas ke Miri, gw akan samperin tempat lo nginep, dan kalo ketemu, gw cincang ampe halus!!! [emak2 esmosi mulai ngasah golok].
Lanjuuut Maaaang - Studi Banding? Ke Laut Ajah!!