Friday, 19 March 2010

Seumur Hidup Bayar Hutang

Ngeri banget yah baca judul di atas. Kebayang ga seh kalo seumur hidup kita bekerja terus duitnya dipake buat bayar hutang? Naudzubillah, semoga kita semua dijauhkan dengan hal2 seperti itu. Tapi yang gw mo ceritakan dalam postingan kali ini adalah fakta yang gw temukan pada orang2 di Sarawak, khususnya Bintulu dan Miri (gw belum pernah stay di Sabah dan KL, jadi ga tau gimana pola hidup masyarakatnya disana).

Di Malaysia ini, jika orang mau membeli apapun dengan cara kredit, prosedurnya sangat mudah sekali. Misalnya saja membeli mobil. Tinggal memberikan fotokopi IC (Identity Card_KTP), lesen memandu (SIM), slip gaji 3 bulan, serta surat keterangan bank (khusus buat pegawai swasta, kalo kakitangan kerajaan ato PNS mah ga usah), tanpa memberikan DP 1 sen pun, dengan riang gembira bisa membawa pulang mobil tersebut. Sangat mudah dan cepat. Bandingkan dengan di Indonesia, dimana prosedurnya sangatlah ketat. Pihak dealer biasanya meminta KTP, NPWP, SIM, surat keterangan bekerja dari perusahaan, fotokopi rekening bank 3 bulan terakhir, slip gaji,dan sebagainya [tolong tambahin yah kalo ada persyaratan yang kurang]. Itupun masih melalui proses verifikasi yang lumayan panjang dan memakan waktu. Maka tidak heran kalo hampir setiap orang di Sarawak punya mobil. Gw sering melalui perkampungan yang maap2 kata bisa dibilang kumuh, rumahnya terbuat dari kayu yang ditambal2 papan dan seng, tapi ada mobil terparkir didepannya. Di camp kami dulu, mulai dari driver, office girl, store man, pekerja nursery, satpam, tukang potong rumput, operator alat berat, hampir semuanya punya mobil. Di lingkungan rumah baru kami di Miri, tetangga2 kompleks rata2 memiliki mobil lebih dari satu [FYI, tetangga samping kiri gw mobilnya 2 biji, samping kanan 2 biji, depan 3 biji. Sampe kadang harus parkir di jalan karena garasinya kaga muat].

Konsumtif dan tidak realistis. Itulah kata2 yang terlintas di otak gw untuk mendeskripsikan masyarakat Sarawak. Misalnya saja, seorang driver di kantor dengan gaji kurang lebih RM 900 mengambil loan mobil selama 9 tahun. Setiap bulannya dia harus membayar RM 400. Bisa dibayangkan bahwa uang yang tersisa untuk memenuhi kebutuhan keluarganya selama satu bulan tinggal RM 500. Lalu gw bingung sendiri gimana cara Beliau membagi sisa uang tersebut untuk beli bahan pangan dan kebutuhan sehari2, susu anaknya yang masih 2 taun, beli bensin dan servis2 mobil semisalnya butuh ganti oli, dll. Yang bikin gw tambah pening, keadaan seperti itu akan terus dilakoninya selama 9 tahun, sampai akhirnya mobil tersebut lunas. Oh tidakkkk!

Pemilik rumah yang kami rental, berumur 40-an, pekerjaannya membuat kue dan menjualnya di pasar. Mak Cik ini tinggal berdua saja dengan seorang cucunya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Dengan pendapatan sebagai penjual kue yang bisa dibilang ga tentu jumlahnya per bulan (beda dengan karyawan yang setiap bulan makan gaji tetap dari perusahaan), beliau dengan gagah berani mengambil loan rumah dan mobil. Rumahnya bukan BTN tipe 21, tapi tipe 70. Mobilnya pun bukan mobil yang “murah” seperti Kancil, melainkan Kembara yang harganya sekitar RM 41 rb. Sampai saat ini, setelah 12 tahun mengangsur rumah tersebut, Mak Cik bilang bahwa masih sekitar 18 tahun lagi cicilannya lunas. Begitu juga dengan mobilnya yang masih 4 tahun lagi selesai kreditannya. Top markotop!!

Selain rumah dan mobil, barang2 furniture dan elektronik pun menjadi incaran kredit yang sangat diminati para hutangers (baca: tukang ngutang). Teman Abang lainnya di kantor, jabatannya adalah driver senior [hihihi keren yah?], gaji sekitar RM 1300, bercerita bahwa dia habis membeli 1 set sofa seharga RM 1100. What?? Sofa harga 3 jeti, tapi rumah pun ga punya, masih tinggal di rumah perusahaan? Sangat2 ga masuk akal buat gw. Yang anehnya lagi Beliau bangga sekali dengan sofa baru hasil kreditannya itu! Ada juga pekerja nursery yang upahnya RM 19 per hari (bisa dihitung kan 1 bulan dapetnya berapa?), membeli henpon seharga RM 1500. "Pake hape ini bisa nonton TV juga loh", si pekerja nursery berkata dengan lantang. Sederet cerita lainnya yang memiliki benang merah serupa sepertinya ga usah gw ceritakan karena endingnya ga beda2 jauh.

Gw dan hubby memilki prinsip jika memang ga mampu yah lebih baik jangan membeli sesuatu, apalagi bela2in sampe utang segala. Mobil, TV plasma, 1 set kursi tamu mewah dengan design terbaru, bukanlah hal2 primer yang harus dimiliki. Ga punya mobil kita tetep bisa hidup. Ga punya tipi plasma bukan berarti dunia bakalan kiamat. Ga ada kursi tamu ya sutra lah hai, gelar tiker, dan tamu pun bisa selonjoran dengan nyaman serta terbebas dari varises. Aneh bin ajaib sekali jika harus mengorbankan hal2 pokok seperti memenuhi kebutuhan makan dengan menu 4 sehat 5 sempurna bagi keluarga, pakaian yang layak sehingga anak ga pake baju yang bolong2 atau kesempitan, demi benda2 keduniawian yang sebenernya dibeli hanya demi gengsi atau apapun namanya.

Ketika pasak lebih besar daripada tiang, maka akan timbul kebocoran dimana2. Hidup pun dijalani dengan megap2. Gali lubang tutup lubang. Duit yang diperoleh pada saat gajian bulan ini, digunakan untuk membayar hutang bulan sebelumnya. Bagaimana tidak, seperti contoh kasus Mak Cik pemilik rumah yang kami rental, yang gw ceritakan di atas, saat Beliau menyerahkan rumah ini kepada kami ternyata tagihan listrik, air, dan gas belum dibayar selama 2 bulan. Maka kamilah yang ketiban buahnya, harus membayar tagihan tersebut [tentu saja kami akan potong dari uang sewa rumah]. Itulah akibatnya jika terlalu berani dan kurang perhitungan dalam mengambil kreditan. Padahal, kalo gw jadi Mak Cik itu, gw akan mengambil loan motor ajah daripada mobil karena tentu harga motor lebih murah. Tapi yah setiap orang kan punya pendapat masing2, dan kita ga ada hak untk mengintervensinya [tar dibilang siapa lo, sodara bukan anak bukan ko pake acara ngelarang2 segala?!].

So Temans, pilihan apakah yang akan diambil? Apakah hidup dengan banyak harta benda tapi hutang berceceran dimana2 dan menggerogoti selama bertahun2? Ato menjalani kehidupan apa adanya sesuai kemampuan meskipun tampak “miskin” dimata orang lain? [kirim jawaban ke 3988, tariff normal. Kuis kaleee!!!].

29 comments:

Keluarga pak Anton said...

huhuuu bener bgt mbaa...aku jg sempet terjerat hutang kartu setan *baca kartu kredit* hehehe waktu awal pertama kerja trus gaya2an punya kartu kredit buat kongkow2 n buat blanja blenji yg ga jelas juntrungnya trus pas merit ternyata suami jg doyan blanja wahahaha dan tagihan membengkak...nah pas punya anak akhirnya tersadar harusnya uang segitu di tabung aja utk pendidikan anak yg skrg makin mahaaaall...

thanks ya mba udah di ingetin lagi...

mimi radial said...

sumpe de...ngeri bngd mbak, rsnya hidup ga ada tenangnya ya, klo mimi mah beraninya cm kredit panci doang, itupun udah d plototin ayah hihihihihi

Lidya said...

aku udah kirim sms, hadiahnya apa ya? :-D

Nia said...

wahhh serem tuch kalo gaya hidupnya seperti itu, tapi susah juga yach kalau sudah membudaya....soale tetangga kiri kanan seperti itu jadi terpancing dech untuk melakukan hal yang sama.....

Aku juga punya tetangga yg seperti itu, gaji suaminya berapa tapi berani ikut arisan di beberapa tempat yang jumlahnya cukup fantastik, ujung2nya tagihan bulanan ngga kebayar, bahkan arisannya begitu udah narik ngga pernah bayar lagi dan hutang numpuk dimana2....ahh serem dech ngelihatnya, kalau aku ngga bisa tidur kali hidup seperti itu. Smoga kita dijauhkan dari hal2 seperti itu....

fanda dan fanny said...

mending gak punya barang2 mahal daripada byk hutang. btw, boleh aja kalo mo link blog kami. tks ya.

Thariq said...

wow..tanpa uang DP ?asli gila sob...tu negara kok enak banget yah?apa negara sana ada jaminan buat para penghutang sehingga masyarakatnya berani ambil hutang sob?

Allisa Yustica Krones said...

setuju banget, san. Kami juga punya prinsip yang sama: kalo belum mampu, lebih baik jangan.

Prinsip ini kami terapkan dalam persoalan beli membeli dalam segala hal, termasuk urusan rumah n mobil. Mending yang sederhana aja ato mending gak usah ada sekalian daripada musti ngutang sana-sini.

Saking ga pengen ngutangnya, baik aku maupun hubby ga ada yang punya credit card, biarpun sering dianggap aneh sm teman2 kantor, "hari gini gak punya KK????", yang penting hidup tentram dan sejahtera coz gak dikejar2 utang!!! he he

afdil said...

Menurut saya berhutang itu boleh saja kalau untuk keperluan yang mendesak (kebutuhan pokok). Namun kalau untuk mewah-mewah, nanti dulu lah.

kasihan kalau otak harus diperas hanya untuk memikirkan utang :D

Anonymous said...

Kalo aku prinsipnya selalu hindari berhutang, dan kalau hrs berhutang maka harus smart. Kadang hutang itu ada positifnya karena bisa memacu orang utk "kreatif" how to pay. Tp tentu bukan gali tutup lubang tp bgmn meng-upgrade penghasilan agar terbayar pd waktunya. Menurutku, org miskin ga punya garasi tp mau punya mobil, itu tidak fair. Sdh sewajibnya mereka buat garasi utk mobilnya, bukan parkir di jalan umum dan merugikan pengguna jalan. Kan kita semua bayar pajak kan, jd hak pribadi tdk boleh berada di atas hak warga negara yg byr pajak.
Prinsipku satu lagi adalah, menikmati uang dengan smart kekkekeke, termasuk jg bagaimana caranya agar kaya raya saat tua nanti :).
Zizy

Fitri3boys said...

bagus juga komen diatas, kalo mau berhutang memang harus diperhitungkan secara smart...dan jangan buat gaya2an , tapi buat kebutuhan misalnya Rumah .

Diyah-ummi Zalfa said...

Emang susah kali ya kalo utang udah jadi budaya disana, nanti kalo gak ikutan ngutang dianggap ketinggalan jaman lagi! wkwkwk....
Aq setuju mbak, mending kita hidup apa adanya (kalo emang blm mampu) dr pd susah sendiri. Padahal harta gak dibawa mati, malah kalo kita punya utang trus kita keburu mati & gak bisa bayar kita malah dosa. Seneng didunia cm sementara, diakhirat sengsara selamanya.

Zulfadhli's Family said...

Mba Mila : Gw & hubby kaga punya yang namanya credit card dari jaman masih single ampe dah berbuntut gini. Ngeri bo denger pengalaman orang2 yang make CC trus ga bisa bayar. Btw alhamdulillah kalo Mba & suami udah terlepas dari jeratan CC.

Mimi Arie : Hihihi naluri emak2 emang kaga bisa ilang yah. Yuksss mariiii panci...panci....

Teh Lidya ; hadiahnya ketupat mini. Ditunggu ajah yah Teh :-)

Mba Nia : Ya ampyu, udah menang arisan terus kaga mo bayar lagi?? Apa kaga dirajam orang sekampung tuh Mba?!?!

Fanda & Fanny : Setujuuuuu. Thanks tar gw link

Kang Tariq : Itulah Kang gw juga heran coba deh akang buka website2 jualan mobil (disini disebutnya kereta) Malaysia, pasti mata bakal terbelalak ngebaca DP 0 RM.

Alissa : Toss Jeng. Gw juga kaga punya credit card tuh. Pokonya say no pada setan2 penjerat hutang!

Mas Afdil : Betul Mas, bagus juga otak mikirin keadaan negara yang ga berubah2 juga yah. Hihihi, sok politisi bangets. Btw thanks udah mampir kesini

Mba Zee : Tull Mba, kalo mo berhutang harus smart. kami juga pernah ngutang sama ortu sendiri buat nambahin beli tanah incaran secara duitnya kurang, tapi kalo ga dibeli sayang banget karena posisinya strategis.

Mba Fitri : Yoi Mba, berhutang untuk rumah itu termasuk smart, karena makin lama harga rumah makin mehong.

Mba Diyah : Huahaha, lucu kan Mba ngutang ko jadi budaya? itulah sebabnya kenapa M'sia banyak ngambilin kebudayaan2 Indonesia

Irma Senja said...

waduhhh,.... seumur hidup membayar hutang? hemm,...cape sekali ya ^_^

selamat pagi mba ? trima kasih sudah mam[pir di blogku ygsederhana....salam kenal ya,tukeran link? tentu saja blh. link mba akan terpasang skg jg...mksh ya...

Irma Senja said...

tolong pasang link ku dgn nama SENJA

Unknown said...

wah biar ngga pusing kang

g usah dipikirin hehe
bikin kurang memmori otak

tapi apa yang akang sampaikan bernmanfaat juga
jadi pelajaran buat semua.....

oya kok ngga ada tempat follow kang?
yaudah aku pasang link-nya ya di blogku

kalu sempat juga pasang punyaku ya..tapi terserah kang zul ko'
dipasang g dipasang aku tetep enjoy

Agung Aritanto said...

beda dong Indonesia sama Malaysia

dan mungkin kredit diIndonesia sangat ribet karena biasanya pihak dialer jera karena sering terjadi penipuan lagian juga jumlah penduduk Malaysia sedikit makanya bisa sejahtera ga kaya Indonesia yang banyak penduduk dan ga ke urus

Clara Canceriana said...

wah jangan sampe deh gali lubang tutup lubang dan menimbun utang yang seumur hidup. kecuali utang budi yg ga bisa dibayar.


saya di daerah tangerang nya mbak ^^

fanda dan fanny said...

oke, kami taruh link kamu di blogroll ya. tks

lia said...

no credit card deh pokoknya :)

secangkir teh dan sekerat roti said...

aduh jangan sampe dah :)

Unknown said...

Hi Mba, dooohh, engga mau ah kejerat ama utang kartu kredit, mending ke jeratnya ama yg enak2 aja yaaa... hehehe, mksh dah mampir yaaa, ok, Link mba aku pasang, Link ku tolong pake nama @yankmira aja ya mba

Vera said...

duuuh..emng ya, keinginan tuh selalu tidak terbatas padhal uang terbatas. Mending ga punya apa2 ya daripada punya utang setumpuk, kan dosa tuh klo ga dibayar

Zulfadhli's Family said...

Irma Senja : Thanks juga yah udah mo mampir kesini. Blognya udah gw link dengan nama SENJA.

Jazz Muhammad : Ocreh Sob, udah di link ko punya dirimyu.

Mas Agung : Betul Mas, untuk kesejahteraan memang Malaysia lebih ok. Yah itu tadi faktor jumlah penduduk dan demografi juga ikut andil di dalamnya.

Clara : Thanks yah dah mampir ke blog kami. Gw link yah blognya.

Fanda & Fanny : Thanks yah.

Lia : Sepakat Say. Say NO to CC!!!

Secangkir Teh dan Sekerat Roti : Yup, jangan sampe kita melakukan hal2 bodoh seperti itu.

@yank Mira : Benul bangets Mba, mending terjerat sama yang enak2 seperti cheese cake. Mmmmmmm.....

Mba Vera : Sippp. Semoga kita selalu menjadi orang2 yang realistis, mampu berpikir dengan jernih berapa pendapatan yang masuk dan berapa uang yang akan dikeluarkan.

Princess Kayla said...

masya Allah, memang gitu ya gaya hidup orang sana...wah ngeri juga ya kalo aku...kalo hanya utk gaya-gayaan...ooo tidaakk juga...Bukankah Allah tidak suka kepada hambanya yang berlebihan? apalagi dg ngutang...

Budi Mulyono said...

Saya ada kredit Rumah. Walaupun sebenarnya bisa beli cash. Karena kredit dari 5 tahun s/d 20 tahun jatuhnya sama. Ya Ambil kredit. Uangnya di puter lagi buat usaha yg lain.

Walaupun ada uang. Kalo berlebihan juga tidak baik. Alhamdulillah keluarga sudah beli mobil dan motornya cash. hehehe... Sombong nie...

Silahkan di link blognya sob... Kalo udah kabarin ya???

Zulfadhli's Family said...

Mba Reni : Tull bangets Mba, Allah tidak suka pada hamba-Nya yang suka berlebih2an.

Pak Budi : Itu baru namanya cerdas,Pak. Kalo memang cash dan kredit jatuhnya sama, saya sepakat dengan Bapak untuk mengambil kredit ajah. Btw sukses yah usahanya. Ok, blognya saya link :-)

Vonny Ablett said...

Salam dari Sydney mbak,...

Tulisannya ama sangat menarik. Tetapi itulah zaman sekarang - orang lebih suka (maaf) pamer harta benda walaupun akhirnya kerja sampe setengah mati pun,, hutangnya belum tentu bisa lunas.

SEnang membaca prinsip mbak yang di atas, hidup sederhana jauh lebih baik asalakan hati kita senang :D

awalina said...

salam kenal mb sklrga..(nulisnya gantian kan;))..
konsumtif banget ya,..
rasa syukur itu harus terus dipupuk, klo ga ya akibatnya tidak ada kata berhenti untuk mengejar keinginan.. sereeem...

Unknown said...

saya sangat berterimakasih banyak kepada MBAH RIJI atas bantuannya saya bisa menang togel 4D nya..saya ingin berbagi cerita kepada semuanya bahwa saya ini cuma seorang TKI dari malaysia dan saya cuma bekerja sebagai pembantu,tentunya anda tau kalau pembantu itu gajinya tidak seberapa dan saya kepengen pulang kampung tapi gaji saya tidak cukup akhirnya saya coba pinjam keteman saya,dia pun juga tidak punya uang dan saya pindah lagi keteman yang lain dia pun juga tidak punya,,akhirnya teman saya memberikan nomor telpon MBAH RIJI dan katanya ini paranormal sangat terkenal yang banyak membantu orang dalam mengatasi masalah,dengan penuh semangat saya langsun menghubungi MBAH RIJI dan ALHAMDULILLAH saya diberikan anka yang benar-benar tembus dan berkat bantuan MBAH RIJI saya sudah bisa berkumpul kembali dengan keluarga saya dikampung,,jika anda sangat membutuhkan bantuan..jangan anda ragu silahkan hubungi saja MBAH RIJI di 082 388 362 128 karna beliau meman benar-benar paranormal yang bisa dipercaya dan yang punya room terimah kasih banyak atas tumpangannya.