Wednesday 30 June 2010

Main ke Taman Awam, Alangkah Senangnya!

Perasaan dulu waktu bikin blog, gw dan laki berikrar bahwa at least setiap 3 hari sekali akan ada tulisan baru yang kami posting. Dengan kata lain, dalam 1 bulan minimal ada 10 tulisan. Tapi apa daya, faktanya tidak sesuai dengan impian. Alasan sibuk pun menjadi kambing hitam. Padahal, kalo gw liat banyak orang2 yang mampu mengupdate blognya setiap hari. Mereka bukanlah orang2 yang tidak memiliki pekerjaan alias kluntang-kluntung ga ada juntrungan, mereka pun orang2 yang sangat sibuk. 4 jempol dah buat mereka2 yang berkutat dengan kesibukan level tinggi tapi masih bisa secara berkala posting dan konsisten mengelola blognya.

Kali ini gw akan cerita sedikit acara jalan2 kami (baca: Zahia + AyBun + Uti) ke Taman Awam, 2 minggu yang lalu. Di Miri, banyak sekali bertebaran tempat2 rekreasi yang asoy geboy. Kenapa asoy? Karena selain tertata rapi jali, lengkap fasilitasnya, bersih, juga gretong alias free of charge. Nah, tujuan jalan2 kali ini adalah ke Taman Awam, coz sebelumnya kami udah pernah ke Miri City Fun dan Taman Bulatan. Taman Awam konsepnya adalah taman bermain sekaligus berwisata. Isinya apa ajah Bun? Ada kolam bermain anak, jembatan gantung (canopy bridge), saung2 makan plus alat2 barbequenya komplit (jadi pengunjung tinggal bawa bahan makanannya), playground, arena skateboard. Supaya lebih kebayang tempatnya, yuks mari ditengok ajah poto2nya yang lumajan banyak [gw ga nulis panjang lebar coz ribet pisan nyambi main dengan Zahia dan masak balado ikan].

Bagian Depan



Mulai masuk ke taman







Kolam Permainan Anak. Karena gw kaga tau ada yang kaya beginian, makanya Zahia ga gw bawain baju renang. Tapi karena anaknya ngotot mo main aer, yah terpaksa dah emaknya ngegendong daripada Zahia nyemplung ke kolam trus basah kuyup







Saung2 tempat Barbeque. Di atasnya terdapat track canopy bridge.




Ini dia pemanggangannya



Playground






Masa kecil kurang bahagia



Canopy Bridge. Poto yang gw dan Zahia lagi duduk bukannya sok2an berpose kaya poto modol yah, tapi secara gw takuuuutttt ketinggian makanya ga berani ambil pose berdiri.




Lanjuuut Maaaang - Main ke Taman Awam, Alangkah Senangnya!

Friday 25 June 2010

Situ Bertanya, Sini Menjawab

Jeng Soes, kemana ajah baru nongol lagee? Hadoh hadoh hadoh, perasaan minggu ini hectic banget dah! Mulai dari tetangga yang kena musibah (lakinya meninggal di dalam mobil, baru ditemuin 2 hari kemudian), seorang teman yang dateng nangis2 darah dan curhat tentang lakinya udah lama ga pulang dan kasih nafkah lahir batin, laki gw yang kejar tayang dinas luar terus2an [plizz deh Yah Bunda kan jablay!!], ngurusin rumah dan anak tercinta, ampe pening mikirin bisnis gw yang jalannya tersendat2 gara2 orang yang ngejualin barang2 dagangan dah 5 bulan kaga nyetor. So mangap yah Temans kalo gw dah lama kaga berkunjung ke blog ente2 semua.

Baiklah, kembali ke laptop. Gw akan mencoba fokus pada tujuan penulisan kali ini. Ada beberapa Temans yang bertanya di blog keluargazulfadhli, pada saat komen, mengenai banyak hal. Apa ini, apa itu. Mengapa bisa begitu, mengapa bisa begini. Ok lah, daripada Temans penasaran, kali ini di segmen “Situ Bertanya, Sini Menjawab, DJ Susan akan memberikan jawaban yang tepat, jelas, dan tidak berlete2 (baca: bertele2), pada pertanyaan2 yang dilontarkan.

Pertanyaan No.1

Penanya → nama di KTP = Muhammad Rosyid; nama beken =
Jazz Muhammad [kenapa bukan Java Jazz Festival, ato Jazz Go To Campuss, Syid??]

Pertanyaan → “Gimana ceritanya bisa ampe nyasar ke M’sia?” Sepertinya Bung Ocid [kalo ini nama kesayangan dari Zahia buat Beliau] bertanya asal muasal laki gw ampe bisa kerja disini. Bukan begituh Om inti pertanyaanmyu? Kalo gw salah nangkep plizz dikoreksi yah.

Jawaban :

Ceritanya panjang. Tapi gw akan mencoba menjelaskan sejelas2nya, dalam tempo yang sesingkat2nya [proklamasi kalee]. Dulu, sekitar bulan April 2008, pas gw dan Abang masih kerja di Kaltim, gw ngeliat di jobstreet.com ada lowongan kerja di suatu perusahaan forestry di M’sia, untuk posisi Forester. Kualifikasi yang diminta adalah sarjana kehutanan / pertanian yang telah bekerja selama 10 taun. Bermodalkan nekad dan motto hidup ‘maju terus pantang mundur kaya undur2’, gw pun memasukkan CV Abang ke alamat email yang tercantum. Yah, kami seh nothing to lose ajah, meskipun sadar banget kemungkinannya tipis, sebab pengalaman Abang bekerja baru setengah taun dari yang diminta. 1 bulan kemudian, ada balasan dari Mr. F, yang belakangan kami ketahui bahwa Beliau adalah GM. Beliau bilang perusahaan sedang mencari orang untuk posisi Quality Control, dan Beliau tertarik ketika membaca pada CV Abang ada pengalaman di bidang QC. Maka dari itu Beliau menawarkan posisi tersebut kepada Abang. Email2 selanjutnya penuh dengan pertanyaan dan jawaban yang dilemparkan oleh kedua belah pihak, sekaligus Beliau memberikan penawaran mengenai gaji, benefit, dan detail pekerjaan. Akhirnya, terjadilah komunikasi yang intensif antara Abang via gw dan Mr. GM [coz gw di HO dimana jaringan internetnya lancar jaya, dan Abang di Estate / camp yang mana internetnya seringkali dalam keadaan mati segan hidup tak mau]. Alhamdulillah, pada bulan Agustus terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, ditandai dengan dikirimnya kontrak kerja kepada Abang. Kami pun berangkat ke Miri pada tanggal 14 Agustus 2008, dari Singkawang. Agak2 amaze juga sebenernya karena sama sekali ga ada proses interview dll. Bener2 rezeki Zahia deh [saat itu gw lagi bunting].

Secara singkat, berikut adalah tips mencari kerja di luar negeri :

1. Siapkan CV yang bagus dan menarik untuk dipelajari [mohon masukkannya juga dari Temans yang berpengalaman dalam membuat CV secara baik dan benar dan sesuai UUD’45]. CV biasanya terdiri dari :
- Data pribadi. Cantumkan yang penting2 ajah seperti nama lengkap, tempat tanggal lahir, background pendidikan plus IPK, status (udah merid ato masih jomblo, punya anak berapa), kemampuan yang dimiliki (misalnya menguasai 11 bahasa asing, menguasai seluruh program komputer). Yang aneh2 kaga usah dicantumin, misalnya tinggi & berat badan [kecuali ngelamar jadi model ato kuli panggul], golongan darah [yakinlah perusahaan mencari pegawai, bukan donor darah], ukuran sarung [lo pikir mo Lebaran apa?]. Untuk poto juga kaga usah terlalu narsis dengan masang poto ukuran postcard.
- Pengalaman organisasi, training2, seminar2, dan kursus2 yang pernah diikuti, cukup semenjak jaman kuliah, ga usah mulai dari TK. Masukkan pengalaman yang memiliki benang merah dengan posisi yang diincar. Jangan ngelamar jadi accounting terus masukkin pengalaman waktu ikutan kursus bikin kue di Bogasari. Pling doss (baca: pliss dong)!!
- Pengalaman kerja. Start dari kapan ampe kapan, posisinya sebagai apa, dimana, detail pekerjaan secara singkat, nama dan jabatan atasan, jumlah anak buah yang bertanggung jawab kepada kita [jika ada]. Mulailah dari pekerjaan yang sekarang masih digeluti, ampe yang paling awal.
- Referensi. Bisa mencantumkan nama bos kita di masa lampau, ato orang2 lainnya yang sekiranya dapat memberikan referensi bagus mengenai kualitas kerja kita. Cantumkan nama lengkap Sang Pemberi Referensi, saat ini Beliau bekerja dimana, jabatannya apa, nomor telepon, dan alamat email.

2. Mencari lowongan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Sesuaikan dengan kapasitas diri. Jangan fresh graduate berojolan pertanian ngelamar sebagai manager keuangan di perusahaan farmasi. Biasanya website favorit gw dan Abang dalam hunting lowongan kerja adalah: jobstreet & fridayoffcuts [yang ini info lowongan kerja untuk bidang Forestry di Australia dan NZ].

3. Setelah mendapat respon positif dari perusahaan yang kita lamar, langsung cari info mengenai perusahaan tersebut, untuk mengetahui seberapa bonafid perusahaan tersebut, apa saja bisnis unitnya, silsilah perusahaan, dll. Kadang langkah ini bisa juga diambil pada saat lagi searching, jadi bisa diputuskan apakah kita jadi melamar ke perusahaan itu ato ga. Info ini juga berguna semisalnya ada interview trus si interviewer berniat mengorek sejauh apa lo mengenali perusahaan.

4. Jika sudah berkontak2an dengan perusahaan, sebaiknya tanyakan segala sesuatunya dengan detail, sampe ke hal yang kita anggap remeh-temeh. Gapapa ko dibilang cerewet, soalnya pening bo jikalau terjadi sesuatu hal yang ga diinginkan ato merugikan gara2 kedodolan kita lupa bertanya sesat di pasar. Contoh pertanyaan penting :
- Status yang didapat. Jika sudah berkeluarga pastikan mendapat Family Status, sehingga anak dan istri tercover oleh perusahaan mulai dari tiket cuti, biaya kesehatan, dll. Karena banyak teman2 sekantor Abang yang dari Phillipine, meskipun udah berkeluarga, dapetnya Single Status. Hal ini terjadi dikarenakan mereka kurang teliti [ato kaga paham?] pada saat signed kontrak. Kalo udah gituh repot jadinya. Istri dan anak jika berkunjung kudu biaya sendiri. Oya, awalnya kami juga ga ngeh dengan Single Status dan Family Status, tapi Nyokap ngasih tau karena Beliau kebetulan ngurusin kaya beginian.
- Siapa yang menanggung tax dan levy, berapa besarannya. FYI, Abang kena tax untuk 6 bulan pertama 28 % per bulan [ditanggung oleh pekerja boooooo, nangis darah gw! Bener2 peraturan kerajaan yang kejam!], abis itu setelah 6 bulan yang menyesakkan dada dan bikin menteri keuangan kena bengek akut, tax-nya menjadi 300 RM per bulan. Levy ditanggung perusahaan.
- Kontrak kerja per berapa tahun.
- Jaminan kesehatan kaya gimana, berapa limitnya, sistem asuransi ato reimburse.
- Perumahan kaya gimana. Jangan ampe harus ngontrak rumah sendiri tapi ga dikasih Housing Allowance dari perusahaan.
- Visa, baik visa pekerja, maupun visa anak istri. Kalo di tempat Abang, visa pekerja ditanggung company, kalo visa gw dan Zahia nanggung sendiri. Ini berlaku untuk seluruh ekspat lainnya yang ada di perusahaan ini [kaga tau dah kalo di perusahaan lain].

5. Jika sudah deal, pastikan dokumen2 penting dan segala sesuatu menyangkut pemberangkatan siap semua. Passport, kontrak kerja (karena di imigrasi akan diminta bukti bahwa lo memang berangkat ke M’sia udah ada perusahaan yang siap menampung), tiket (apakah beli sendiri dulu baru tar diganti perusahaan, ato perusahaan yang langsung membelikannya), duit Ringgit. Jangan pernah nuker duit di airport karena nilau tukarnya jauuuuuhhhhh lebih mahal dibandingkan jika kita menukarnya di Indonesia. Untuk working permitt dan bank account biasanya diurus setelah pekerja datang ke M’sia. Ini berdasarkan pengalaman Abang dan temen2nya loh.

Kumaha Syid, udah jelas belom jawaban dari gw? Kalo belom yuks mari bagian mana yang masih kaga mudeng ditanyain ajah. Oya, nanti kalo ada tambahan dari Abang gw akan masukkin kesini. Sekarang mah laki ekye tercinta lagi dinas ke Lawas, pulang hari Minggu.

Pertanyaan No.2

Penanya →
Teh Vera yang baru pulang melancong dari KL tapi sayangnya kaga mampir ke Miri ketemu Bunda Zahia yang manis dan Zahia yang cuantiks, dan Mba Aishi Lely yang memiliki ‘black magic’, ternyata punya pertanyaan yang sama.

Pertanyaan → “Misua kerja dimana? Di Shell yah?” [yang terakhir tambahan dari Teh Vera]

Jawaban :

Sayang beribu sayang laki gw sarjana kehutanan, bukan perminyakan. Kalo Shell meluaskan sayap bisnisnya dengan buka kebun mungkin Abang akan mencoba ngelamar. Tapi Shell sekarang masih konsen di minyak, so apa boleh buat niat mulia Ayah Zahia belum bisa dilaksanakan. Abang saat ini bekerja di suatu perusahaan forestry, kalo di Indonesia terkenal dengan HTI (Hutan Tanaman Industri). Intinya menanam pohon2 yang 5-6 taun kemudian dapat diambil kayunya untuk dijadikan furniture, papan, chips, dll.

Pertanyaan No.3

Penanya → Mba Aishi Lely lagi

Pertanyaan → “Dirimyu kerja dimana Bun, ko masuk mblesuk2 ke hutan?”

Jawaban :

Dulu, gw bekerja pada suatu perusahaan forestry (Hutan Tanaman Industri) di Kalimantan Timur, sebagai Planning Asisten. Tugas gw, mengumpulkan laporan dari 3 Estate / camp, lalu menganalisisnya dan membuat semua laporan menjadi satu kesatuan, sebelum akhirnya diberikan kepada petinggi2 perusahaan yang standby di Balikpapan, Riau, ampe Kuala Lumpur. Jika ada yang aneh dari laporan, maka gw turun langsung ke lapangan untuk mengecek apakah benar kondisi tanaman sesuai dengan yang dilaporkan. Kalopun laporan ok2 ajah, biasanya bos gw yang orang New Zaeland hobi banget ngajakin gw ke block untuk melakukan pengecekan secara random. Blocknya bukan di tengah2 mall, tapi terdapat di dalam hutan. Hamil 3 bulan, gw masih juga keluar masuk hutan, ampe orang2 kantor ngewanti2 : “Awas San tar lo jatoh kesandung kayu”, ato “Ya ampyun San, minta izin gih kaga usah masuk ke block dulu, takut keguguran tu baby karena lo bawa jalan berkilo2”, ato “Ati2 San tar kesambet setan”. Yeileh, ada2 ajah, setan mah kaga di dalem hutan doang gentayangannya. Tapi ada juga hikmahnya gw masuk2 ke rimba belantara, soalnya ternyata dapet jodohnya yah disono [untung gw kaga dapet jodoh orang hutan! Ngeri pisan bulunya gondrong!].

Pertanyaan No.4

Penanya → Rosyid lagee. Gile lo Syid, nanya tuh hobi ato doyan??

Pertanyaan → “Apakah di M’sia (baca: Sarawak) banyak banci? Soalnya ko Teteh ngomongnya sering banget pake bahasa2 banci seperti lambreta bambang, ekye, dll??”

Jawaban :

Bujug dah Syid, lo nanyanya aneh2 ajah. Gw, sejujurnya belom pernah ngadain survey untuk mengetahui berapa kelimpahan orang2 yang berada di persimpangan jalan (baca: banci) di Miri ato Bintulu, sehingga gw kaga bisa bilang banyak ato sedikit ato sedang2 ajah. Tapi Syid, sebenernya sama sekali kaga ada korelasi yang berbanding lurus antara banyak banci dengan gaya bicara seseorang. Gw dari sononya kaya begini, wanita manis yang sangat jenius dan santun meskipun saat berbicara ato menulis 80% menggunakan bahasa preman. Seinget gw, palingan waktu nulis skripsi, jawab soal2 ujian, dan menulis proposal untuk PIMNAS ajah yang menggunakan bahasa manusia normal dengan tingkat intelektualitas tinggi. Eh tapi tau ga seh lo, penah sekali pas ujian Nematoda yang soalnya secara mendadak bisa bikin mencret2 mahasiswa, gw jawab di lembar jawaban macam ini “Maapkan saya Pak Dosen. Saya lupa jawabannya. Tapi yang pasti, kalo Bapak buka diktat halaman sekian, Bapak pasti bisa menemukan jawaban yang betulnya”. Hahahaha, ga heran berkat surat cinta gw itu gw dapet nlai C untuk mata kuliah Nematoda yang sangat gw cintai sampe ke ubun2. Heran beribu heran, ko gw bisa hapal nomor halamannya daripada isi yang terkandung di dalamnya?? Ckkkk …. ckkkkk …. Sungguh luar biasa daya hafalan gw!

Back to the topic, sebenernya setiap orang memiliki gaya bicara dan gaya penulisan yang berbeda2. Ada yang suka menulis dengan formal menggunakan Bahasa Indonesia sesuai Ejaan Yang Telah Disempurnakan, ada yang hobi berpantun, ada yang pandai menulis dengan bahasa2 puitis nan indah, ada juga yang kacrut kaya gw. Apapun itu, asalkan masih dalam koridor2 kesopanan, menurut gw seh ok2 ajah. Lagian entah kenapa dengan membaca tulisan seseorang gw jadi bisa menebak orang tersebut gimana sifatnya, walopun kalo ketemu belum tentu juga tebakan gw benar.

Satu lagi Syid, lo kalo nyebut Banci di M’sia ini artinya sensus. Tar deh gw poto baligho segede bagong yang bertuliskan “Banci Penduduk 2010”, artinya sensus penduduk 2010.

Pertanyaan No.5

Penanya →
Mba Herien, Bundanya Shishil yang seneng berbisnis MLM

Pertanyaan → “Asal Jeng Soes dari Pandeglang kah?”. Singkatnya seperti itulah pertanyaan Beliau. Ini terlontar setelah membaca postingan gw yang menyebut akan roadshow pada mudik Lebaran taun ini ke Jakarta, Cilegon, Pandeglang, Bekasi, Bogor, Bandung, Singkawang, dan Potianak.

Jawaban :

Pertanyaan ‘where do u come from’ adalah pertanyaan yang sangat sulit gw jawab. Tingkat kesulitannya melebihi kuis ketok mengenai Ordo Homoptera, jaman kuliah dulu. Kakek gw orang Jawa [jangan tanya Jawanya dimana, gw ga mudeng], lahir di Jakarta. Nenek dari Kebumen kalo kaga salah, gede di Bandung. Karena Kakek tentara yang dioper kesana-kemari, alhasil Nyokap gw lahir di Makassar. Bokap gw orang Phillipine. Ortu gw, setelah merid, stay di Cilegon karena kerja disana. Gw sendiri lahir di Serang. Dengan gado2 yang sangat membingungkan tersebut, untuk mempermudah jika ada orang yang bertanya asal gw dari mana, gw akan jawab dari Bandung. Kenapa? Karena Nenek lama berdomisili di Bandung. Karena Nyokap gede di Bandung. Karena gw SMA di Bandung. Karena gw sendiri juga bingung. Maka melalui keputusan yang diambil secara sepihak, gw mendeklarasikan bahwa gw adalah orang Sunda. Walopun orang2 banyak yang protes katanya mana ada orang Sunda item [temen2 yang bilang gw item udah pernah merasakan jurus sakti gw, sehingga akhirnya mereka menambahkan embel2 manis di belakang kata item supaya aman dari serangan gw yang membabi-rusa, bukan babi-buta. Kasian bo udah babi, buta pula! GA PENTING BANGET SEH SAN BUAT DIBAHAS!!!!!]. Lucunya lagi, waktu sebelum merid Abang nanya kaya gini:
Abang : “Neng, tar mo pake adat apa?” [Neng tuh panggilan kesayangan buat gw]
Neng manis : “Adat Sunda dunks”
Abang : “Emang siapa yang orang Sunda?”
Neng manis : (nyubit si Abang ampe di tangannya muncul tattoo abstrak warna biru keunguan)
Abang : “Yah udahlah gpp ngaku2 daripada dibilang ga beradat”
Neng manis : (menambahkan tattoo ke tangan Abang yang satunya lgi)

Ampe sekarang, untuk mempermudah urusan, gw akan mengaku bahwa gw adalah orang Indonesia suku Sunda. Ada yang mo protes?!?!

Demikianlah sodara2 sebangsa setanah air, jawaban dari dalam lubuk hati gw terdalam. Semoga Temans, apalagi yang bertanya, merasa puas dengan apa yang gw sampaikan. Otreh deh, gw mo masak dulu yah. Dags dags semuanya. Have a nice day.
Lanjuuut Maaaang - Situ Bertanya, Sini Menjawab

Friday 18 June 2010

Kenapa Lo betah Tinggal Disana?

Setting → Ruang makan, pada sebuah meja, depan lappie dan modem yang menunjukkan grafik HSDPA

Deskripsi → Seorang emak2 manis beranak satu sedang sibuk ceting dengan seorang sahabat nun jauh di Jakarta. Peristiwa ini terjadi tengah hari bolong, pada saat Zahia bobo sehingga emaknya bisa kelayapan di pesbuk

Sahabat : “San, apa kabar lo? Gimana Zahia, sehat?
Gw : “Alhamdulillah Say gw sekeluarga sehat. Lo apa kabs? Sehat dunks pastinya?”
Sahabat : “Alhamdulillah. Btw kapan mudik?”
Gw : “Rencana seh laki gw ambil cuti 20 hari, mulai tanggal 4 Sept. Sebelom Lebaran jadwal show cuma di Jakarta, Bekasi, Bogor, Cilegon. Lebaran di tempat Kakek gw (Pandeglang). Abis itu baru dah kelayapan ke Bandung, Singkawang dan Pontianak. Road show booo gw!”
Sahabat : “Syiiippp. Ketemuan yah. Kangen gw ama congor lo yang kaga berhenti ngoceeeehhhh”
Gw : “Hahahaha, satu lagi Bu. Kaga berhenti makan”
Sahabat : “Oh iya, lupa gw kalo lo rakus. Btw rencana ampe kapan di M’sia? Kaga niat lo stay di Indonesia? Betah amat Neng di Negara orang”
Gw : “Niat seh niat Say, tapi saat ini yang mo ngegaji laki gw kan perusahaan M’sia. Kalo emang nanti rezekinya di Indonesia yah pasti balik dunks”
Sahabat : Pasti udah keenakan digaji Ringgit deh”
Gw : “Hihihi, tau ajah lo”
Sahabat : “Eh gw mau tau dunks enak dan ga enaknya disono dibanding dengan di Indo”
Gw : “Iiiiihhhh bawel amat lo dari tadi nanya kaga kelar2. Udah jadi wartawan inpotemen yah?”
Sahabat : “Hahahaha. Eh sori dori neh gw cabs dulu. Ada tamu tuh ketok2 pintu”
Gw : “Ocreh Hon. Tar disambung lagi yah. Salam buat laki lo. Oya, bagus gw jawab pertanyaan lo di blog gw dah biar lo puasssss. Lo baca sendiri yah disitu. Bye”

Demikianlah sodara2, obrolan antara dua orang sahabat. Ga ada yang penting2 amat banget sebenernya, hanya percakapan seputar kabar. Tapi bagi gw menjadi amat penting, karena itu adalah ke 46x nya gw ditanya seperti itu. Ditanya apa maksud lo? Itu loh, ditanya kenapa betah amat di Negara orang. Sebenernya, jika disuruh milih, jelas lah gw (baca: kami) lebih cinta Indonesia dibandingkan M’sia. Gw dan laki ga akan murtad menukar kewarganegaraan kami. Zahia pun, yang punya akte lahir M’sia, dan bisa memilih untuk menjadi WN M’sia jika sudah berumur 14 taun, kemungkinan akan tetap berkewarganegaraan Indonesia seperti ortunya. Nah terus kenapa dong? Hadoh, nanya mulu! Baiklah, supaya kaga penasaran, gw akan jawab.

Mata pencaharian. Yup, itu jawabannya. Demi segenggam berlian dan sejumput intan, serta masa depan secerah wajahnya Dian Sastro, maka kami bela2in ngungsi ke Negara orang, menjemput rezeki yang Allah berikan. Toh siapapun juga, jika ada kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, pasti akan menjatuhkan pilihan kepada yang terbaik. Sebenernya, kalo diitung2, gaji gw digabung laki pas kerja di Kalimantan, ga begitu signifikan perbedaannya dengan gaji Abang yang sekarang. Tapi Abang bilang gpp, Beliau hanya berfikir pengalaman yang akan diperoleh, karena jika bikin CV, ada pengalaman bekerja di luar negeri selain negeri sendiri, tentu merupakan nilai plus. Dan itung2 sebagai batu loncatan jika mo mengepakkan saya ke Negara lain [Zimbabwe misalnya. Hohohoho, bercanda gw!]. Perbedaannya kalo dulu 2 orang yang mencari nafkah, sekarang 1 orang ajah, yang 1 nya lagi bisa jaga anak dan ngurus rumah. Akan tetapi, sebagai ekspat, keberlangsungan nafas ditentukan oleh kontrak. Kalo kontrak udah di penghujung taun [kontrak laki gw 2 taun sekali], maka jantung lumajan kebat-kebit juga karena yang namanya nasib kita ga bisa tau. Syukur Alhamdulillah kalo diperpanjang. Lah kalo kaga? Pulang kampung lah yau [semoga kontrakmyu diperpanjang terus yah Hon. Amien].

Menanggapi pertanyaan berikutnya tentang enaknya digaji Ringgit, jawabannya ada 2, enak dan ga enak. Enaknya apa Jeng? Ya itu dia, pendapatan dalam bentuk Ringgit. Kalo ga enaknya apa? Ya itu dia, pegeluarannya juga dalam bentuk Ringgit. Kondisi yang terenak dan sangat ideal adalah jika pendapatan Ringgit, pengeluaran Rupiah. Tapi masa iya gw seminggu sekali kudu belanja ke Entikong (perbatasan)? Tekor bo yang ada. Ni yah Say, gw kasih tau. Disini apa2 mahal. Kangkung di Singkawang, 2 rebu dapet 3 ikat, bahkan kalo Mamang Tukang Kangkung lagi kumat naluri bersedekahnya bisa dapet 6 ikat loh. Gw pernah ngalamin yang kaya begitu. Disini, 1 RM [kurs berkisar anatara Rp 2.600,- sd Rp 3.000,-] cuma dapet 1 ikat kangkung. Sawi 3 bonggol mini harganya 1 RM. Cabe merah, pernah sekilonya 25 RM. Ajegile lo beli cabe 75 rebu!! Tapi teteup musti kudu wajib harus beli secara Utinya Zahia Ratu Cabe, hampa hatinya kalo ga ngeliat cabe, nelongso hidupnya tanpa cabe. Pokonya mahal deh apa2, kecuali barang2 subsidi Kerajaan seperti: gula 1 kg = 1,8 RM; minyak goreng 5 kg = 13 RM; gas 1 tabung gede = 28 RM, dll [kalo mo liat yang detail, gw pernah posting harga barang2 di Bintulu. Silahkan dibaca postingan “Belanja…….Yuuuuukkkk Mariii”. Belom gw update lagi seh dengan harga2 di Miri karena beberapa item ada yang berubah harganya, soalnya yang namanya pasar kan fluktuatif].

Belum lagi, semenjak pindah dari Bintulu, rumah, air dan listrik kudu bayar sendiri. Waktu di camp, walopun jam 11 pm ampe jam 5 am listriknya mati, tapi kaga perlu mbayar [maklum lah disono pake genset. Perusahaan kaga mau gensetnya idup 24 jam tanpa istirahat karena bisa cepet rusak]. Emang seh laki gw semenjak pindah ke Miri dikasih housing allowance, tapi ga cukup bo kalo buat bayar semuanya. Tagihan listrik sebulan berkisar antara 200 - 350 RM [bikin pingsan!!], sedangkan air 15 - 25 RM. Ditambah dengan bayar sewa rumah? Nombok ekye.

Next question adalah enak ga enaknya, ato let’s say positif negatifnya tinggal di M’sia dibanding dengan di Indo. Gw akan mencoba mengkomparasi kedua Negara ini, berdasarkan pengalaman kami tinggal di Bintulu dan Miri:

1. Biaya Kesehatan

→ Ini yang bikin gw seneng. Kalo kita sakit, pergi ke Klinik Kerajaan, bagi WNM bayar cuma 1 RM, warga asing 15 RM. Biaya tersebut udah mengcover ketemu Dokter, minta obat, cek2 segala macem (cek laboratorium, cek darah, X-ray), dan tetek bengek lainnya jika diperlukan. Untuk pap-smear kan udah pernah gw ceritakan jika PS dilakukan sepaket dengan ECG, tes urine, tes darah, tes payudara, baik WNM atopun foreigner tidak dipungut bayaran alias gretong. Waktu ngelahirin Zahia, total biaya yang kami keluarkan adalah 1700 RM, udah termasuk di dalamnya biaya caesarian, obat2an, nginep 3 malam, tes makmal (baca : laboratorium), USG, Zahia berada di wad anak 1 malam. Lain ceritanya kalo kita pergi ke klinik / hospital di luar Kerajaan. Ini chargenya lumayan mahal.

→ Di Indonesia banyak istilah ‘yang boleh sakit cuma orang2 yang berduit’. Apa halnya? Karena biaya berobat mahal. Bagi warga yang ga mampu dan pake Jamkesmas, gw banyak tuh mendengar cerita2 mengenai mereka2 yang tidak mendapakan pelayanan dengan baik dari pihak RS. Untuk berojol dengan operasi, di Singkawang ajah yang kota kecil Tantenya Abang kena 7 jeti, Bibi gw di Serang pake laser kena 18 jeti, apalagi di Jakarta. Ini juga yang memperkuat alasan gw dan Abang untuk bikin anak di M’sia ajah hohohoho.

2. Transportasi Umum

→ Susah kalo ga punya kendaraan disini. Emang seh ada bus, tapi ga menjangkau ke semua wilayah. Maksud gw bus nya ga masuk ke kompleks perumahan. Kalo yang rumahnya deket jalan mah enak, tinggal cari halte terdekat, ngendon bentar nunggu bus dateng, naik deh ampe tempat tujuan. Lah gw tinggalnya di dalem kompleks, mo jalan ke halte bus yang ada keburu gempor secara jauh banget haltenya. Disini ada juga taxi dan kereta sapu (baca: angkot / taxi gelap), tapi lumajan mahal. Itulah sebabnya gw belanjanya seminggu sekali nunggu Ayahnya Zahia pulang dinas luar, nyetok bahan pangan untuk seminggu.

→ Di Indonesia mulai dari kendaraan umum beroda dua (ojeg motor ato sepeda), beroda tiga (becak, bajaj, bemo), beroda empat (angkot, elep / mini bus, taxi), beroda lima (ojeg becak kaya di Medan ato Riau) beroda banyak (bus, kereta api), ampe yang ga beroda (ojeg gendong) [pegel booooo], berkeliaran dimana2 dan mudah ditemui dari pelosok2 desa ampe kota besar.

3. Fasilitas Rekreasi Umum

→ Dibanding Bintulu yang fasilitas untuk rekreasinya cuma beberapa biji, di Miri banyak banget bertebaran tempat2 rekreasi. Ada Miri City Fan, Taman Bulatan, Taman Awam, dan taman2 lainnya. Masuknya gratis, tempat bersih, terawat, enak buat piknik karena ga ada sampah nan bau disana-sini, banyak permainannya, juga tempat berolahraga. Di Taman Awam, malah ada jembatan gantung (canopy bridge), kolam bermain anak, tempat barbeque dimana panggangannya udah tersedia jadi para pemirsa tinggal membawa daging, ikan, ato ayam sendiri. Kalo playground jangan ditanya, buanyaaaakkkkkk banget. Ga cuma di taman2 rekreasi, di tempat2 umum kaya pantai, pinggiran kompleks, rata2 ada playground. Lumayan lah kalo mo bawa anak main2 ayunan, perosotan, panjat2an, dll. Oya, di M’sia ini juga sangat tertib. Ga ada tuh yang namanya pedagang asongan dan kaki lima. Kalo mo jualan, kudu ada izin dulu, kalo kaga bisa langsung ditangkep sama Polisi ato at least Kamtibmas. Buang sampah sembarangan? Rasakan akibatanya jika diketahui petugas, kecuali kalo pas buangnya ga keliatan sapa2 [hihihi bandel].

→ Jangankan yang gratis, yang masuknya bayar ajah kaya Pantai Ancol, perasaan setiap liburan anak sekolah ato taun baru, gw liat di tipi timbunan sampah lebih banyak dari pasir di pantainya. Apalagi kalo gratis, duh pasti banyak gepeng, ateng, sapiteng ngumpul disono, dan menjadikannya tempat tinggal. Seperti budaya ‘membuang sampah pada tempatnya’ belum jadi budaya negeri kita tercinta.

Segituh ajah dulu yang gw jabarkan. Gw dan Abang, memiliki prinsip bahwa dimanapun berada, entah di negeri pertiwi ato negara orang, harus dibetah2in. Kuncinya adalah adaptasi. Semua tempat pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Kalo bentar2 mewek pengen pulang kampung karena kangen ortu lah, kangen masakan rumah lah, kangen ini itu lah, yang ada jebol bo keuangan negara. So, bagi yang sedang merantau, yuks mari kita beradaptasi dengan tempat kita berpijak sekarang, dan jangan lupa selalu menjaga kehormatan bangsa kita sendiri. Jangan ampe jadi kacang lupa kulitnya yah.
Lanjuuut Maaaang - Kenapa Lo betah Tinggal Disana?

Tuesday 15 June 2010

Ular Ohhhh Ular

4 hari gw kaga menggauli internet. Alasan pertama, gw sedang dalam masa menenangkan diri setelah kejadian Zahia kesedak hari Jum’at kemaren. Alesan berikutnya adalah laki gw baru balik dinas luar hari Sabtu sore, dan baru berangkat ke camp lagi tadi pagi (Senen kerja di HQ). So, sebagai istri sholehah dan gemar menabung, selama laki standby di rumah, gw sibuk masak2, mulai dari makanan berat seperti ikan merah asam pedas, cumi masak hitam, sayur paria + teri [kalo ini emak gw yang masak], sampai cemilan, yaitu pangsit isi ayam + wortel, onde2, dan es markisa + selasih. Selain masak, u know lah hai kerjaan emak2 kaga pernah ada abisnya, yang nyuci, nyetrika, beberes rumah, ngurus anak, nenein anak, nenenin Ayahnya [sensor!!]. Nah karena hari ini Abang udah cabs lagi ke camp, dan Zahia udah grok2 dengan sukses, gw bisa leluasa rumpi2 dan bewe ke tempat Temans, plus ngebales komen di postingan yang lalu. Otreh deh, gw akan mulai rumpiannya.


Sabtu malam, di peraduan beralaskan seprei warna coklat bunga2, gw cerita ke Abang kronologis Zahia tersedak pear. Abang agak2 shocked gituh deh, keliatan dari tampangnya yang tegang waktu denger cerita gw [ato doski tegang gara2 kepengen boker yah??]. Setelah itu gantian Abang yang cerita kejadian Beliau ketemu ular. Sekali lagi gw ulang yah: ULAR, keluarga reptil bangsa Squamata yang jangankan ngeliat, ngedenger namanya disebut ajah udah bikin bulu kuduk gw merinding jabrik. Jadi begini ceritanya. Hari Jum’at, Abang QC di lapangan (baca: block) setengah hari dulu ampe jam 11 am, abis itu seperti biasa QC nya dilanjutin lagi selesai sholat. Pulang dari block, nyampe di mess, buka pintu kamar, tiba2 Abang ngeliat ada sesuatu ngejogrok di lantai, warna item, panjangnya 2 meter, dengan diameter 3x donutnya JCo digabung jadi satu [yang gede loh, bukan mini donut], lagi asyik jalan2 santai. Karena belom begitu ‘ngeh’ makhluk apa gerangan itu, Abang ngedeketin supaya bisa ngeliat lebih jelas, dan Sang ular yang kaget karena acara JJSnya menjadi terganggu, langsung berdiri dengan kepala siaga. Laki gw detik itu juga tanpa ragu mengambil langkah sepuluh ribu dapet tiga [hihihi emang beli kolor], ketika nyadar bahwa makhluk itu adalah ular. Di luar, Abang minta penjaga mess untuk ngeluarin tu ular. Penjaga mess dengan takut2, buka pintu pelan2, lalu masuk ke dalam kamar. Loh ko kosong, ga ada sesuatu yang mencurigakan? Ternyata eh ternyata Sang Ular udah keburu ngabur entah kemana.


Mendengar cerita Abang, gw kasih komen “Ko bisa di hari yang sama Yah dengan Zahia keselek? Jangan2 ular itu pertanda ada sesuatu yang ga baik”. Laki gw dengan berapi2 menjawab “Ya ampyun Bunda ko percaya sama tahayul. Apa coba hubungannya? Lagian ularnya juga diem ajah, ga ngasih tanda, sandi, ato aba2 apapun. Via sms pun ga”. GUBRAG!!! Dasar laki gw, diajak ngobrol serius eh malah bercanda. Ga tau apa orang lagi tegangan tinggi karena jably seminggu ga ketemu?!?! [lho??????]. Tapi sekali lagi gw bersyukur bahwa Allah masih menyelamatkan keluarga gw. Kaga kebayang deh kalo misalnya tu ular maennya malem hari, saat Abang lagi grok2 dan melukis peta di bantal dengan ilernya [piss Hon. Akyu bercanda koq. Dirimyu kan ga pernah ileran, paling ngompol]. Hiiiiiyyyy, ngeriiiiiiii! Jangan sampe deh, nauzubillah min dzalik!! Amit2 jabang beibeh!!!


Ngemeng2 tentang ular, Alhamdulillah selama gw kerja dulu di hutan belantara Pulau Sumatera dan Kalimantan, ga pernah sekalipun gw ketemu ular, baik bertatap muka langsung lalu mengobrol2 mesra, ato sekedar say hello. Begitu juga dengan laki gw, kejadian kemaren adalah yang pertama kali. Padahal gw kerjanya ga ngendon di kantor doang, tapi ngecek tanaman di lapangan juga. Kalo temen2 gw ada seh yang pernah ketemu. Rata2 adegan ketemunya itu, menurut pengakuan mereka, ga seperti saat ketemu pacar sehingga menimbulkan perasaan yang berbunga2 karena dimabuk asrama, eh asmara. Ato perasaan orang yang hepi berat karena lagi tanggal tua, bokek ga ketulungan, tiba2 dapet kabar dari bagian keuangan kalo duit SPPD nya bisa diambil detik itu juga. Perasaan mereka saat ketemu ular pada umumnya sama: ngeri,panik, tegang, jantung berdebar kencang, keluar keringet segede2 pepaya, secepat kilat mengganti peran dari seorang asisten lapangan menjadi atlet sprinter dunia yang lagi ikut olimpiade. Pada sebagian orang efeknya sangat parah, bisa merangsang keluarnya air seni, ato kotoran kelas berat lainnya (baca: pup), di tempat kejadian perkara, seketika itu.


Ada 2 cerita temen gw yang pernah bersua dengan ular, dan selalu terekam dalam ingatan gw, saking mengerikannya. Seorang Kaka senior GT [gw GT batch 4, dia batch 2], Bang Hendri Pangaribuan namanya, ditempatkan di Sebakis Camp, Nunukan, Kaltim [silahkan bagi yang penasaran cari di peta. Moga2 ajah ketemu], sebagai asisten plantation. Suatu hari di pagi nan indah permai, Bang Hendri ngawasin pekerja yang sedang membasmi gulma dengan menyemprotkan pestisida, istilah kehutanannya chemical weeding. Sekitar jam 9-nan, pekerja yang berjumlah sekitar 10 orang mendengar suara “ngik….ngik…..ngik”, sayup2. Awalnya mereka cuek bebek dan tetep fokus pada pekerjaan. Ternyata, sampe pekerja istirahat jam 11, suara itu masih terus terdengar. Karena penasaran, mereka mencari dari mana suara tersebut berasal. Ketika sampai di lebung [block / areal kerja tuh seperti gunung, naik turun, bukannya datar2 ajah. Kalo di gunung ada lembah, itulah yang disebut dengan lebung], suara semakin terdengar jelas. Beberapa orang turun ke lebung dan mendekati sumber suara. Tak dinyana tak diduga, dari balik rimbunan semak2, mereka melihat seekor ular yang sangat besaaaar, panjang 5 meter, diameter sebesar paha orang dewasa, sedang memakan kancil. Suara “ngik….ngik….ngik” yang dari tadi mereka dengar adalah suara dari kancil naas tersebut. Kancil itu belum sepenuhnya masuk ke tubuh ular, kedua kakinya masih berada di luar mulut pemangsanya. Pekerja pun dengan hati2 melumpuhkan ular, memakai peralatan seadanya, yaitu parang. Ya Allah, syukur banget ular yang kelaparan itu menemukan kancil untuk jadi menu sarapannya, karena kalo ga bisa jadi salah satu pekerja menjadi korban.


Setelah ular berhasil dibunuh, pekerja yang seluruhnya adalah orang dayak, dengan semangat reformasi menggotong tubuh ular, dan diluruskan di pinggir jalan. Ular dikuliti, tubuhnya dipotong2, lalu dibagikan. Tidak lupa Sang Kancil pun dimutilasi. Bang Hendri sendiri ikut kebagian jakat fitrah. Jadilah malam itu mereka berpesta di camp. Menunya: sate ular, sup ular, ular goreng tepung, rendang ular, ular masak kecap, ular tangga pajangnya bukan kepalang [eh ini mah lagu], plus sate kancil. Mmmmm, yummy. Ada yang mo icip2? Kalo gw keburu kenyang dengernya. Oya, sayangnya momen makan2 yang indah dan seru ini tidak diabadikan, sehingga gw kaga bisa pajang poto2nya. Kalo poto dan video penangkapan ularnya ada, tapi akibat kedodolan gw dimana pas gw resign ga semua poto2 disave ke dalam flashdisk, maka hilanglah sudah barang bukti. Bagi yang menemukan plizz jangan disebar-luaskan, kasian tar video Ariel-LunMay kalah pamor.


Cerita berikutnya yang ga kalah mengerikan, dialami oleh Aa Hils, yang juga senior GT gw, tapi ditempatkan di Sesayap Camp. Waktu itu, mereka mo buka lahan (baca: Land Clearing). Seorang operator alat berat (eksavator) sedang menunaikan tugasnya dengan baik dan benar agar dapat menjadi operator yang mabrur. Tiba2 tu orang menemukan …… eng-ing-eng……. Telur. Bukan sebiji, tapi setengah lusin lebih 2 ons. Bukan telur ayam, telur kodok, apa lagi telur mata sapi, melainkan telur ular. Hih, tau dari mana ente itu telur ular? Sebab emaknya ada disono. Lagi nangkring dengan mata terpejam. Ularnya lebih horor daripada ular di camp Sebakis. Panjang 7 meter, coz waktu diangkat dengan eksavator, direntang ampe tu tangan eksavatornya hampir lurus, ularnya cuma selisih beberapa centi ajah dari tanah [kata laki gw kalo tangan eksavator lurus 180 derajat kira2 jaraknya 7 meter-an]. Diameternya 1,5x dari paha orang dewasa yang obesitas. Langsung Estate Manager memberikan sabda “Pecahkan telur2nya. Bunuh emaknya. Cari pasangannya”. Emang sadis bo kedengerannya, tapi ini kan demi kemaslahatan umat. Kebayang dunks induk ayam ajah kalo lagi bertelur galaknya setengah mati, kalo kita deketin pasti dengan penuh dendam induk ayam akan matokkin kita, gimana induk ular. Yang parahnya lagi, pasangan hidupnya, entah suami resmi ato bapak biologis dari telur2nya itu, lagi kelayapan ketempat yang hanya beliau dan Tuhan yang tau. Dan sayang seribu sayang pejantan tangguh itu tidak berhasil ditemukan. Sekali lagi, akibat dari kedodolan gw, poto2 ibu beranak tersebut kaga gw save waktu gw resign. Tar lah bagi yang penasaran gw akan coba hubungi Aa Hils di pedalam Irian sana [udah keluar SK belum Aa?], ato temen2 sekantor lainnya, sapa tau masih nyimpen tu poto.


Well, demikian dongeng dini hari dari gw. Pesan moralnya adalah silahkan mulai sekarang latihan lari dengan rutin, minimal mueterin rumah 7x. Sapa tau berguna jika suatu saat ketemu sama sesuatu yang bikin parno seperti gajah, singa, beruang, ato debt collector. Okeh deh, sekian dulu Temans. Mata gw dah sepet. Mo kebo dulu ah. Have a nice dream yah semuanya.


NB: Ada yang tau ga seh kenapa udah 2x postingan, di layar kalo mo New Post cuma nongol fungsi2 untuk: bold, italic, link, blockquote, check spelling, add poto, dan add video. Kenapa yah fungsi lainnya seperti buat ngelurusin paragraf dll kaga nongol? Please somebody explain to me atuh kenapa bisa begini kenapa bisa begituh. Tengkiu somad yah.
Lanjuuut Maaaang - Ular Ohhhh Ular

Friday 11 June 2010

Maapin Bunda yah Sayang!

Astagfirullah, hari ini bener2 nightmare banget buat gw! Sampe sesek nafas gw dibuatnya! Tapi syukur Alhamdulillah Allah masih menyelamatkan keluarga gw. Jadi ceritanya begini. Kami (baca: gw, Zahia, nyokap) lagi nongkrong di ruang tamu nonton Happy Song di Indosiar [ga usah heran kenapa bisa dapet coz gw pake parabola disini]. Gw dan Uti makan nasi, Zahia sibuk ngerecokin nasi Bundanya, sambil nyomotin udang dan kol terus dimasukkin ke dalam mulut [ikutan makan]. Setelah gw selesai makan nasi, gw mengambil buah pear sebiji dari kulkas, dan mengupasnya di depan tipi. Zahia minta sepotong, gw kasih. Potongannya ga gituh besar koq, sedeng ajah. Gw liat Zahia anteng gunyam-ganyem.

Eh tiba2 ga ada angin ga ada ujan, 10 menit kemudian, Zahia gelagapan, kaya mo muntah. Gw langsung mijet2 bagian leher belakangnya, dengan maksud ngebantu Zahia ngeluarin muntahannya. Tapi yang keluar cuma aer. Abis itu gw denger sura ‘gluk....gluk....gluk’ dari tenggorokannya, sepertinya tu makanan lagi naek turun gitu, antara mo keluar lagi ato kaga. Ngeliat gituh gw bener2 panik, apalagi kemudian Zahia tercekik dan ga bisa bernafas. Badannya menggelepar2. Uti, yang masih asyik nonton, langsung turun dari sofa, dan mengambil alih Zahia dari gw yang mulai menangis. Zahia diposisikan telungkup dipaha Uti, sambil dipukul2 [dipukul pelan loh, bukannya digebugin. Tolong Ka Seto kalo baca postingan gw yang teliti, tar gw ditangkep KOMNAS anak pula karena dikira menganiaya anak sendiri]. Namun upaya itu ga berhasil, karena Zahia masih juga tercekik. Ganti posisi ampe 3x, Zahia tetep seperti itu. Ya Allah, gw panik bukan main ngeliatnya. Gimana kaga, anak gw kecekik, dengan suara ‘gluk....gluk....gluk’ yang terus menerus terdengar, badannya gelepar2 kaya ikan disimpen di darat, dan ga bersuara, even menangis. Mana Ayahnya kaga di Miri pula lagi dinas keluar kota, besok baru pulang.

Nyokap terus mengganti posisinya, kali ini Zahia digendong berdiri, sambil tetep dipukul2 belakangnya. Tapi tetep Zahia ga muntah2. Gw, dengan otak buntu, manggil2 tetangga dari pagar, karena kebetulan Mak Cik sebelah rumah adalah Nurse di Hospital Miri, yah sapa tau ga kerja lagi ngendon di rumah jadi bisa dimintain tolong. Apa daya gw udah teriak2 kaga ada orang yang nongol, padahal pintu kebuka, cuma emang tipi suaranya kenceng banget, jadi bisa dipastikan suara gw ketelen suara tipi. Disela2 itu, gw mendengar Nyokap manggil, so gw kabur masuk rumah. Akhirnyaaaaaaaaaaa, setelah 5 menit yang mendebarkan itu terlalui, Zahia menangis kenceeeeennng banget, dan bisa bernafas lagi dengan normal. Putri cantik AyBun langsung meronta2 dari pelukan Uti, nyariin Bunda. Gw ga langsung gendong, tapi lari ke meja makan dulu ngambil air putih, trus ngasih minum Zahia, biar yang mengganjal di tenggorokannya turun, baru deh gw nenenin.

Sambil nenenin Zahia, tangis gw meledak. Gw cium2in Zahia, sambil gw usap2 kepalanya, wajahnya, tubuhnya, tangan mungilnya, kakinya. Gw ga kebayang kalo tadi sampe terjadi sesuatu yang fatal dengan Zahia, gw mungkin tidak akan pernah memaafkan diri gw sendiri! Mana tadi pas muntah aer sempet gw liat bercampur dengan bercak2 coklat, sepertinya darah. Kemungkinan pas Zahia mencoba muntahin makanannya, karena berusaha terlalu keras, bagian tenggorokannya ada yang luka. Yang bikin tambah sedih, disaat air mata gw tumpah ruah, Zahia yang ada di pelukan gw malah ngusap2 wajah gw, terus nepok2 tangan gw sambil tersenyum. Senyum yang manis sekali. Hati gw langsung nyeeeessssss dibuatnya.

Ya Allah, terima kasih Engkau menyelamatkan anak kami. Terima kasih karena Engkau masih memberikan kepercayaan kepada kami untuk menjaga amanahmu. Maapkan aku yang telah lalai Ya Allah. Aku berjanji akan menjaga anak buah cinta kami sebaik2nya. Subhanallah. Alhamdulillah. Allah Akbar!! Zahia, maapin Bunda yah Sayang. Bunda sayang sama Zahia, sepenuh hati. Bunda akan menjaga Zahia sebaik2nya, sampai kapanpun. Love u much, Princess! [eh ketinggalan, love u juga suamikyu! Maapkan istrimu yah atas kejadian hari ini].

NB : Tadi sore, pas Mak Cik Nurse tetangga samping rumah pulang, gw ceritakan kejadian itu. Beliau memberikan tips2 yang bisa dilakukan jika anak mengalami tercekik / keselek :
1. Tepok2 punggung anak untuk membantu anak memuntahkan makanan yang menyumbatnya. Telapak tangan jangan dalam posisi datar kaya orang mo tepuk tangan, tapi dilengkungkan kaya busur [ngerti kaga yang gw maksud??], karena kalo tangan melengkung pukulannya ga akan terasa sakit
2. Sogok tenggorokan anak dengan jari kita, untuk merangsang anak muntah
3. Beri anak minum air putih
4. Kalo setelah kejadian itu anak tidak kembali aktif ato ada keluhan2 lainnya, segera bawa ke Dokter

Mak Cik itu juga bilang kalo bercak2 yang gw liat bercampur bersama aer yang dimuntahkan Zahia adalah darah [tapi bukan darah segar]. Sebaiknya kalo mengalami itu anak jangan diberi makanan yang keras2 dulu, kasih ajah bubur.


NB Lagee : Sorry kalo postingan kali ini hurufnya bukan Trebuchet seperti biasanya, spasinya pun kaga rata. Abis pada ngilang semuanya, yang ada di layar cuma fungsi buat masukkin poto dan video, bold, italic, sama link. Binun dah gw!! Nasib orang gaptek kaya begini neh!!!
Lanjuuut Maaaang - Maapin Bunda yah Sayang!

Wednesday 9 June 2010

JP - Masjid Hassanil Bolkiah - Taman Selera

Ya ampyun, udah lama kaga posting tangan gatel juga! Padahal banyak yang mo diceritain, tapi berhubung emak2 sibuknya ngelebihin CEO perusahaan internasional terkemuka, yah jadi ginih dah, blog ampe dilalerin baru tuan rumahnya sibuk nepok2 tu laler pake tepokan dari plastik warna kuning beli di Super Save harganya 1 RM [info lo kaga mutu amat seh San?!]. Halah, ko jadi ngelantur ngomongnya? Otreh, back to the topic, dimana gw mo nyeritain Masjid Sultan Hassanil Bolkiah sebagai bintang utama, dan Jerudong Park + Tamu Selera sebagai bintang tidak utama [maksud lo???], yang terletak di Cangkurawok. Dodol lo San! Bukannya masjidnya terletak di Brunei? Dri namanya ajah udah seterang lampu Phillips kalo Sultan Bolkiah tu Raja Brunei?!?! Hihihi, mangap ….. mangap ….!! Ekye kan salah nulis. Lagian ga jauh2 banget ko jarak dari Cangkurawok ke Brunei.

Kunjungan ke Brunei bulan lalu adalah untuk mengajak Ni AKinya Zahia yang datang dari Singkawang ke Miri untuk melakukan inspeksi dadakan terhadap mantunya yang keren, serta menengok anak dan cucu tercintanya. Berhubung jarak dari rumah kami ke Brunei kaga begituh jauh, masih jauhan kalo ke Bandung, maka gw dan Abang memiliki niat mulia untuk menyenangkan hati Bapak, yaitu membawa jalan2 keliling2 Brunei. Ditambah emak gw yang juga belom pernah melancong kesono, maka sangat tepatlah Brunei menjadi sasaran tembak.

Hari Minggu pagi, jam 8 am, kami berangkat dari rumah. Gw, sebagai istri siaga, anak idaman, dan menantu ideal, bangun pagi2 buta, jam ½ 4, demi memasak perbekalan yang akan dibawa. Tau ga seh sodara2, bukannya kopet binti meredit, tapi semenjak merid gw emang hobi banget bawa bekel dari rumah kalo bepergian kemana2. Alasannya ada beberapa:

1. Sebagai emak2 yang masih menyusui, gw memiliki nafsu [bukan birahi!] makan yang tinggi. Bentar2 laper, bentar2 laper. Wajar dunks, kan gw menyusui?! Ok, ok, gw ngaku deh kalo barusan gw cuma ngeles! Emang bakat rakus gw yang udah level atas sehingga mulut bentar2 kudu memamah biak. Puas dengan pengakuan gw membuka aib sendiri?!
2. Di Sarawak, susyeee banget nemu makanan halal. Gw dan Abang awalnya juga terherman2, kan M’sia terkenal sebagai Negara yang mayoritas penduduknya muslim, tapi di Sarawak entah kenapa yang banyak bertebaran adalah kedai2 cina, kecuali kalo mo makan fastfood kaya KFC, McD, Pizza. Secara gw ada pengalaman buruk dengan fastfood, makanya kami sangat menghindari makan yang seperti itu kecuali kebelet, eh kepepet maksudnya. [pengalaman buruk: waktu lagi travelling ke Sibu, Zahia baru berumur 3 bulan, karena belum menemukan kedai makan muslim kami pun makan fastfood 2 hari berturut2. Efeknya ASI gw produksinya jadi berkurang, diperes pun keluarnya sedikit. Hiks! Kaga tau deh napa bisa begituh].
3. Lebih higienis. Pasti Temans setubuh dengan dengan point ke 3 ini, iya ga penonton?!
4. Hemat pangkal kaya, jadi bisa cepat naik haji dan nginep di Al-Burj, ga lama2 ko cuma seminggu.

Persiapan makanan cukup buat piknik orang sekampung. Mie goreng veggie seafood (mie + sawi + toge + tomat + baso ikan + udang), nasi putih, kentang goreng, susis ayam madu, ayam goreng tepung, roti tawar 1 bungkus yang udah diisiin coklat, jeruk sunkist 3 biji, minuman untuk Pak Supir (es markisa), cookies 1 packs besar, air mineral 4 botol, pediasure Zahia, termos isi air panas. Kaga tanggung2, perlengkapan makan juga diboyong dari rumah mulai dari mangkok, sendok garpu, gelas, dan semuanya bukan plastik bo tapi keramik. Laki gw udah geleng2 kepala ajah, pusyiiiing katanya kaya mo pindahan. Tuh kan bener dugaan gw, baru perjalanan dimulai 5 menit, Zahia dan Uti udah ganyem2 cookies. Gw yang tadinya emoh, ga mampu melawan godaan sehingga memutuskan untuk bergabung. Belom apa2 4 bungkus cookies menjadi korban keganasan kami bertiga. 10 menit berselang, kami mulai sibuk ngemilin kentang goreng dan susis. Kesurupan, Jeng? Bukannya dari rumah udah makan sebakul, pake acara nambah pula??

Di jalan, Zahia heboh goyang ngebor. Gw dan Uti menjadi korban karena harus nyanyi dan kaga boleh berhenti, stop barang semenit buat mengambil nafas Tuan Putri ngamuk. Waduh Nak, untung dalam waktu dekat Bunda ga ada jadwal konser sama Rosa ato Trio Macan, kalo ada kan bisa gaswat suara Bunda jadi serak2 banjir. Setelah 1 jam perjalanan, penghuni kursi belakang udah sunyi senyap tiarap, pada grok2 semua. Tinggallah Pak Supir merangkap guide yang dari tadi ga berhenti berkicau menjelaskan ini apa, itu apa, ini dimana, itu dimana, kepada Tamu Agung, dengan bahasa Singkawang yang medok, sehingga gw dan emak gw cuma bisa bengong karna kaga ngarti.

Tujuan pertama: JERUDONG PARK. Temans pasti bosen yah denger Jerudong Park. Abis binun bo mo bawa kemana lagi, Brunei kan kecil ajah. Ga banyak tempat wisatanya. Begitu nyampe, Trio Wekwek (baca: gw, Nyokap, Bapak) langsung ngacir ke kamar mandi, biasalah nanem saham sedikit di Negara orang. Abis itu langsung deh ngegelar lapak. Dengan mengucapkan mengucapkan basmallah, dilanjutkan dengan pemukulan gong 3x, dengan ini dinyatakan bahwa Kedai Makan Mak Susan resmi dibuka. Para peserta tanpa malu2 menggasak makanan yang ada. Hajaaaaarrrrr Mang!!! Urusan makan selesai, dimulailah session narsis, yang emang ga pernah ketinggalan. Lalu kami pun berpusing2 ria mengelilingi JP. Kami main2 ke lapangan golfnya [liat doang, wong beli bolanya ajah ga mampu apalagi sticknya], lapangan hockey plus istal kuda [gileeee, kudanya buanyaks, ada kalee 50 puluh ekor, gagah2 pula. Ariel mah lewat!!], air mancur, gerbang Istana Nurul Izzah hehehe coz istananya mah masih masuk lagi ke dalam berapa kilo but that’s restricted area bo [Om Bolki nya seh kaga stay disini, doski di Bandar Seri Begawan].

Tepat jam ½ 12 am kami meninggalkan JP, menuju Bandar Seri Begawan. Tujuan selanjutnya adalah Masjid Hassanil Bolkiah. 3 taun lalu, waktu laki gw umroh bersama Bapak dan Mama (alm.) [sebelum merid ama gw], mereka sholat di Masjid itu. Berpuluh2 kali Abang ke BSD, ga pernah sukses menemukan tu masjid. Tapi karena Bapak kekeuh surekeuh kepengen kesono lagi, maka dengan penuh perjuangan, bertanya kepada banyak orang di tepi jalan [kalo di tengah jalan rawan ketabrak], akhirnya kami sampai juga dengan selamat di Masjid nan indah itu. Alhamdulillah, kami datang tepat waktunya. Adzan dzuhur sedang berkumandang. Kami pun secepat kilat menuju tempat wudhu.

Pernah ga wudhu dengan air yang mengalir dari keran? Pasti jawabannya selalu. Kalo wudhu dari sumur, yang airnya musti ditimba dulu? Gw pernah waktu KKP dulu. Gimana dengan wudhu di sungai? Ini juga udah sering gw lakuin, jaman perawan hobi mengembara ke gunung dan selama trening di dalam belantara Riau. Terus kalo wudhu di tempat yang airnya hanya akan keluar jika ada sensor panas tubuh, udah pernah belom? Jujur yang beginian baru pertama kali gw cobain. Jadi ceritanya, karena buru2 ngejar sholat dzuhur berjama’ah, kami wudhu bersama2 di tempat terdekat, yang ternyata sejatinya itu adalah tempat wudhu perempuan. Gw tea si orang kampung sibuk nyari2 dimana gerangan keran berada, karena gw liat ko cuma ada pipa yang disekelilingnya ada lampu2. Oalah Nduk, ternyata lampu2 itu adalah alat sensor panas tubuh. Informasi ini gw peroleh dari Abang yang sebelumnya emang udah pernah kesini jadi ga heran kalo udah paham cara kerjanya [Ngaku deh Bang dulu juga dirimyu terbengong2 kaya ekye]. Tinggal deketin tangan kesitu, langsung deh air keluar dari pipa di atas. Canggih pisan euy!! Kaya gini neh alatnya :


Abang dan Bapak ngacir duluan ke tempat shlat laki2, sedangkan para ibu2, dan Princess tergopoh2 menuju ruang sholat perempuan di lantai atas. Apa boleh buat, kami nyampe, eh udah assalamu’alaikum. Jadi we kaga kebagian sholat berjama’ah. Ya sutra gw pun sholat berjama’ah berduaan ama Nyokap. Zahia Alhamdulillah duduk dengan manis di samping Utinya. Seleai sholat, gw mengamati sekeliling, dengan takjub, untung ga ileran. Subhanallah! Benar2 masjid yang indah dan menawan. Atapnya, jendela2nya, lampu2nya, rak2nya, permadaninya, ada TV, mana Al-Qur’annya ukuran jumbo pula. Wuihhhh, pokonya teope-begete lah. Sayang kamera ketinggalan di mobil jadi gw ga bisa mengabadikan keindahan tersebut, lagian ada larangan keras untuk mengambil poto di dalam masjid, kalo di luar mah boleh. Begitu turun, Abang dan Bapak udah menunggu di tempat kami meletakkan sandal. Langsung cabs neh Jeng Soes? Yah ga lah hai! Rugi dah nyampe sini masa kaga muter2. Ini dia hasil muter2 masjidnya [hehehe, karna Abang bawa henpon, kami pun dengan bandel berpoto2 di dalam masjid. Dasar bandel! Ga liat apa ada tulisan “Dilarang mengambil Gambar”?!].
Logo Pada Pagar



Poto diambil di tempat sholat laki2. Yang perempuan beda ga seperti ini, menurut gw dan Nyokap lebih mewah




Air mancur yang indah


Di bagian luar


Kriuk ……. Kriuuukkkk ……. Bujug buneng dah ni perut baru 3,5 jam yang lalu diisi eh dah laper lagi. Kami pun menuju tempat pemberhentian selanjutnya: Tamu Selera. Tempat makan yang dipenuhi oleh kedai2 Indonesia. Seperti trip yang terdahulu, jauh2 ke Brunei cuma buat makan pecel lele dan ayam penyet. Mana tukang masaknya langsung diimpor dari Jawa pula, sehingga rasa makanannya tuh hommy banget, serasa di kampung halaman tercinta. Zahia, yang dari tadi hanya makan kentang goreng plus roti ajah, gw empanin nasi + lele. Alhamdulillah mo makan 3 suap. Selanjutnya gw kasih susu coz mulai ogah2an makannya. Makan selesei, mbayar, pepsi dulu untuk mengosongkan kantong urine, sholat [gw & Nyokap belom ngejamak, Abang & Bapak udah sekalian pas dzuhur], akhirnya jam ½ 5 kami otw pulang. Alhamdulillah sampe di Miri pas sholat magrib.

NB: Ngomongin Ariel di atas, gw jadi binun kenapa Cuma video Ariel - LunMay dan Ariel - Cut Tari ajah yah yang beredar? Kenapa videonya Ariel - Mpok Nori kaga kedengeran? Padahal adegannya hot banget loh, Mpok Nori lagi nyetrika baju sekeranjang penuh, Ariel di belakangnya ngipasin si Mpok pake koran, sambil die sendiri sibuk ngelap keringet yang bercucuran di ketek lalu mengaliri lengan kulinya. Hayo ada yang minat ga dengan video yang terakhir? Kalo minat tar gw donlotin buat Temans sekalian.
Lanjuuut Maaaang - JP - Masjid Hassanil Bolkiah - Taman Selera

Saturday 5 June 2010

Kelanjutan Cerita Jantung

Semenjak gw memosting mengenai kesehatan jantung gw disini, banyak sekali sahabat2 yang mengirimkan imel atopun sekedar chat di pesbuk, mulai dari sahabat jaman masih hobi berkeliaran telenji dengan kepala penuh kutu, ampe sohib2 pas Fir’aun heboh ngebonding rambutnya yang kriwil, bertanya mengenai hal itu [tengkiu for your support, Friends]. Well, secara keseluruhan, gw bisa mengatakan situasi Alhamdulillah sudah aman terkendali. Tanggal 24 Mei gw ke Hospital lagi untuk diambil darah. Resultnya keluar seminggu kemudian, yaitu kemarin lusa, tanggal 3 Juni. So kumaha Jeng hasil cek darah dan perjumpaan dengan Dokter Pakar? Baiklah, gw akan melaporkan kejadian rincinya.

Abang chayank berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya. Bukannya pengen dibilang karyawan teladan supaya dapet penghargaan Kalpataru [eh, apa Adipura yah?!], tapi karena tar jam 9 mo ijin sama Om Bos buat nganter bini tercinta nan bohai ke hospital. Setelah menyelesaikan laporan dan pekerjaan lainnya, Abang cabs ngejemput bala tentara yang udah standby di rumah. Alhamdulillah Zahia bangun jam 1/8 am, langsung Bunda mandiin, pake baju [milih sendiri mau pake batik merah u can see my keteks yang belom berbulu + legging merah + sepokat kets warna merah putih kaya bendera RI], minum susu, giliran Bunda dan Uti deh yang siap2. Ayah datang, rombongan dah ready, jadi jam ½ 10 kita udah sampe di Hospital. Wedeeehh, susye nian nyari tempat parkirnya. So, gw + Zahia + emak gw turun dulu, lagsung menuju Pakar 3, sedangkan Abang muter2 nyari tepat parkir, yang Alhamdulillah akhirnya dapet juga setelah melakukan tawaf 7x keliling2 tu Hospital.

Sebagai pasien baru, gw kudu mendaftar terlebih dahulu di counter pendaftaran. Seorang Nurse meminta passport, kemudian mengisi biodata yang diperlukan ke dalam Patient History Card. Abis itu menuju counter pembayaran, bayar 60 RM. Alamak, mahal amatz! Kaga bisa ditawar yah Mak Cik Nurse?? Dapet nomor antrian 24. Pas liat ke monitor2 yang ada di setiap pintu, ternyata baru ampe nomor 7 yang dipanggil. Hiks! Curiga bakal ampe lumutan neh nunggunya. Untuk mengisi waktu, gw nyuapin Zahia sarapan, soalnya dari rumah baru minum susu makanya gw bawa bekel nasi + udang + telur dadar [ga pake sayur coz pagi masak sayur paria dan paria kan pahit, Zahia kaga suka].

Setelah menunggu berabad2, tibalah giliran gw ketemu Dokter. Idih, laki gw mana seh? Udah tau bininya tadi minta ditemenin masuk ke ruangan Dokter, secara takut mendengar Dokter ngomong yang serem2 tentang jantung gw, eh malah ngabur ke mobil ngambilin minum buat Zahia. Yo weiss dengan gagah berani gw masuk sendiri ke dalam bilik Dokter.
Gw : “Good morning Dok”
Dokter Indihe [seterusnya gw singkat DI] : “Morning. Silahkan duduk Puan. Jadi apa keluhannya?” (sambil membolak-balik buku gw yang berisi hasil EKG sebelumnya)
Gw : “Bla-bla-bla-grok-grok-grok-dag-dig-dug-serrrrrr” (menjelaskan dengan berapi2 kronologis kejadian sebelumnya dengan Bahasa Inggris yang belepotan).
DI: “Ada sakit dada? Sakit menelan? Sesak nafas?”
Gw : “Ga Dok”
DI : (memeriksa kelenjar tiroid di bagian leher dengan cara menekan2) “Ada sakit bila ditekan?”
Gw : “Ga Dok. Btw, gimana Dok dengan hasil cek darah gw?”
DI : “Jadi begini ..……. Kriiiinnnnnngggg” (angkat telepon yang nongkrong di mejanya)
Gw : (mohon maap ada iklan dodara2)
*** Setelah Beliau menutup tu telepon, baru siap2 ambil nada C untuk memulai pembicaraan, eh tiba2 henponnya bunyi. Waduh Om Doks, yey sibuk pisan seh?! ***
DI : (berbicara dengan orang yang meneleponnya) “Ok …. Ok …. I will go now …. Wait a minute”
Gw : (Om, mau kemana? Lah pan giliran ekye belom selesai?! Apanya yang selesai wong baru kata pengantar!)
DI: “Sorry. Ok kita lanjut lagi. Puan ambil dulu hasil cek darahnya di lab, nanti datang lagi. Saya ada call dari emergency”
Gw : (%$!*&^+:!##%^&((_&^$@@!_((^^%$#@%&)

Sabar San, sabar! Orang sabar pantatnya besar! Dengan menyeret langkah dan mangkel berat, gw keluar ruangan, disambut oleh laki dan emak gw yang melontarkan seribu pertanyaan. Gw bilang kalo Dokternya ada arisan mendadak yang urgen sekali, dan gw disuruh ngambil sendiri hasil tes darah di Wad 25 (Bagian Makmal). Abang merepet “Lho, gimana seh? Kata petugas waktu ambil darah hasilnya bakal dianter ke Pakar 3? Ko sekarang kita yang disuruh ambil sendiri? Dasar ga professional. Ga memuaskan! Dimana2 kan bukan pasien yang ambil hasilnya tapi alif-ba-ta-tsa-jim-ha-kho-dal-dzal-ro-za-hamzah-ya”. Hihihi, pagi2 jangan marah2 Pak, tar gantengnya menguap loh! Gw dan Abang pergi menuju Wad 25, Uti dan Zahia ga ikutan, teteup dengan setia tidak beranjak dari kursi tempat menunggu.

Syukurlah kami bisa juga menemukan Wad 25. Kami menuju counter, gw bilang gw mo ambil hasil tes darah, disuruh menunggu, ga lama petugasnya bilang kalo hasilnya udah mereka antar kesono. Dia memberikan secarik kertas buat diberikan kepada petugas di counter Pakar 3, berisi keterangan kapan tu result diantar (tanggal & jam), sapa yang nganter, dan nama penerima. Ya ampyun, mulai esmosi dah gw! Ko jadi muter2 gini?! Bener2 ga propesional pisan! Emang ekye bola voli dioper2 kesana-kemari?! Laki gw mah jangan ditanya, gemes bukan main ampe perutnya nambah ndutz 2 inchi. Sebenernya, sebagai pawang, gw tau banget gimana cara menenangkan Ayahnya Zahia kalo lagi ngamuk, yaitu dengan memberikan ciuman mesra. Lah tapi kalo gw cium si Abang di depan khalayak rame jangan2 gw malah ditangkep satpam karena dalih melakukan adegan 17 taun ke atas di area umum. Kan berabe urusannya!

Sampe di counter, Abang dengan muka garang memberikan kertas tersebut. Nurse nguprek2 file, dan 3 menit kemudian memberikan hasil laboratorium gw. Alhamdulillah Temans, semuanya normal.

1. Calcium
Result : 2.27 mmol / L
Range Normal : 2.02 - 2.60
2. Creatinine
Result : 64bµmol / L
Range Normal : 58 - 96
3. Triglyceride
Result : 0.7 mmol / L
Range Normal : 0.6 - 2.3
4. Cholesterol
Result : 3.0 mmol / L
Range Normal : 0.0 - 5.0
5. Blood Glucose
Result : 3.8 mmol / L
Range Normal : 3.3 - 6.7
6. Serum TSH
Result : 1.53 miµ / L
Range Normal : 0.47 - 5.01
7. Serum T4
Result : 87 nmol / L
Range Normal : 60 - 155

Gw dengan hati riang mengetuk bilik Dokter, tapi hanya menjumpai Nurse yang bilang “You wait ha, Dokter sill in Emergency”. Oww oww oww, ok deh Hani Bani Swahili. Menunggu benar2 pekerjaan yang membosankan, walopun kami udah berasa mengisi waktu dengan membaca majalah2 yang ada. Jarum jam yang panjang dan pendek udah hampir ketemu di angka 12, pasien yang tersisa di ruangan pun tinggal beberapa gelintir lagi padahal tadi penuh banget ampe banyak yang ga dapet tempat duduk. Ampe kapan Katrina Kaif harus menunggu Om Shahrukh Khan dateng buat joget bareng muter2in pohon pisang? Bisa ambeyen gw kebanyakan duduk! Ternyata Allah mengabulkan doa orang yang kebelet. Ketika jarum jam perlahan namun pasti beranjak ke ½ 1, tuh Dokter muncul juga, dan gw dipanggil ke dalam bilik. Kali ini tentu ditemani Ayahnya Zahia dunks. Dokter bilang:

# Melihat hasil lab gw, everything is normal.
# Pada sebagian orang, T-inversion dianggap normal. Lagipula, dari grafik V1 – V6, tidak semua grafiknya menurun, sehingga Dokter menyimpulkan kondisi tersebut masih dalam kategori normal.
# Kalopun misalnya ada kelainan di jantung, harusnya bisa diketahui pada saat gw melahirkan. Kalo ga ada komplikasi apapun saat melahirkan, berarti logikanya semua organ tubuh baik2 saja [Pingkan Mambo bangetz].
# Off all medicines. Obat cair darah dan kolesterol yang sebelumnya diberikan ke gw TIDAK BOLEH diminum lagi.
# Gw harus musti kudu wajib melakukan olahraga rutin setiap hari [ngangkat anak ber-BB 9 kg setiap hari juga kan termasuk olahraga, hihihi ngeles].
# Karena ada sejarah penyakit jantung dalam keluarga (Papa gw), maka gw harus mengontrol kondisi jantung gw secara rutin, setaun sekali.

Alhamdulillah. Subhanallah. Allah Akbar! Betapa gembira gw mendengar itu semua. Rasanya plong banget, keangkat semua beban di hati gw. Bukannya apa2, semenjak kejadian divonis lemah jantung sama Dokter sebelumnya, hari2 gw berikutnya bener2 mellow. Gw sering banget nangis Bombay, berjuta kali saat Abang dinas luar ga ada di rumah gw mengirimkan sms2 merana dangdut, otak selalu dipenuhi pikiran2 yang aneh bin mengerikan, ampe BB turun 3 kg dari 57 jadi 54 kg [tapi kalo efek yang ini mah wajib disyukuri karena gelambir agak2 berkurang]. Belum lagi jantung gw yang makin sering berdebar2nya. Kalo kata Dokter Shivanan, hal itu dikarenakan gw stress makanya jantung jadi berdebar2. Tengkiu pisan yah DokShi, ai lop yu. Eit, jangan GR dulu Dok! Lop nya hanya sebatas pasien ke Dokternya, ga lebih, ga kurang, ga bisa ditawar karena itu harga pas, kecuali Dokter ambil selusin [dagang kaleee].

Kami pun pulang dengan gembira, bernyanyi tralala-trilili sepanjang jalan. Nyokap gw juga keliatan lega banget, coz semenjak kejadian gw ke Hospital itu seringkali gw mendapati Uti Zahia suka memandang gw dengan tatapan ‘nelongso’. Kalo Zahia ngapain Bun? Biasalah, apalagi kalo bukan nenen sambil merem.
Ya Allah, sujud syukur hamba pada-Mu. Terima kasih atas ujian-Nya. Semoga kami termasuk ke dalam golongan orang2 yang senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Mu, dalam kondisi bagaimanapun. Nikmat sehat memang tidak ada duanya, Temans. Maka bersyukurlah kita2 yang masih diberi kesehatan, dan jangan lupa untuk menjaga badan agar sehat selalu.

Result Pap Smear

Name : Susan Noerina
No. Passport : sekian-sekian-sekian
Age : 28
Clinic : KKIA Tudan
Sample Taken On : April 30th, 2010
Sample Taken By : Empenai JM

Specimen / Method : Conventional Pap Smear
Specimen Adequacy : Satisfactory for evaluation. Absent of endocervical / transformation zone components
Interpretation / Result : Negative for intraepithelial lesion of malignancy
Comments : Nil
Suggestion : Please repeat smear as scheduled

Report Validation
Screened By : SKLO
Designation : Med. Lab. Technologist (Cytology), Jabatan Patologi, Hospital Miri, Sarawak
Date : May 25th, 2010
Lanjuuut Maaaang - Kelanjutan Cerita Jantung

Wednesday 2 June 2010

Gawai's Open House

Pesta Panen adalah ungkapan syukur orang Dayak kepada Tuhan terhadap panen padi yang telah berhasil diselesaikan. Dalam bahasa lugasnya, seperti yang dikatakan oleh teman laki gw yang berasal dari suku Dayak Iban, para petani mengambil cuti 2 hari dari bekerja ladang, untuk beristirahat. Sebagai ungkapan penghormatan terhadap tradisi ini, maka Kerajaan Malaysia menetapkan tanggal merah setiap 1 & 2 Juni, khusus di Sarawak. Mengapa di Sabah dan Semenanjung (KL) tidak? Karena orang2 Dayak Iban mayoritas berdomisili di Sarawak. Itulah sebabnya di Sarawak ini masih banyak terdapat rumah panjang, yaitu rumah yang dihuni oleh banyak keluarga, masing2 keluarga menempati rumah yang letaknya menempel memanjang hingga bisa mencapai 300 meter untuk panjang satu rumah panjang, seperti hal nya bedeng2 kalo di Indonesia. Jadi, di dalam suatu komunitas rumah panjang bisa dihuni oleh orang tua, kakek nenek, paman, bibi, tante, om, sepupu, pokoknya keluarga besar kumpul di satu lokasi.

Gawai taun lalu, saat kami tinggal di camp, kami menghabiskan masa liburan 2 hari di rumah saja, sebab tetangga kiri kanan yang cuma 3 gelintir itu tidak ada yang Dayak [masih inget kan tetangga kami: Mr. Indihe yang boker di hutan, gw pernah cerita di postingan Camp vs City; dan 2 orang Mr. Phillipino]. Gawai sekarang, kami diundang ke teman Ayahnya Zahia yang mengadakan Open House di rumahnya, Mr. Raymond dan Ms. Sopia.

Karena ada 2 rumah yang harus dikunjungi, maka Ayah memutuskan untuk ke rumah Mr. Raymond dulu di daerah Taman Tungku, baru ke rumah Ms. Sopia di Permy Jaya. Peserta yang berangkat adalah: Ayah Zahia, Pak Supir; Jeng Soes yang manis; Zahia nan menawan; Uti Zahia Sang Nenek Trendi; dan bos nya Ayah, Mr. C yang males bawa mobil sendiri jadi nebeng ajah. Pukul 1 pm kami shalat dzuhur dulu, habis itu langsung berdendi ria. Pada kesempatan kali ini kami menggunakan batik. Maklumlah, baru dapet kiriman Sarimbit dari Indonesia [beli dari temen gw 3 biji 150 rebu. Muraaaahhhhh!! Tengkiu yah Mamake Tegar]. Sarimbitnya warna ijo kalem gituh deh. Batik laki gw model kemeja, baju gw model kalong tangan ¾ sehingga gw kudu pake daleman lagi, sedangkan Zahia model sekdress berleher Sabrina [Zahia hepi pisan pake baju baru. Bolak-balik ngaca terus senyum2 sendiri]. Deuuhhh, mo kondangan kemana neh bajunya kompakan gituh?! Nah Uti Zahia, karena ga dibeliin Sarimbit [maapkan akyu yah Mom, soalnya kalo Mama dibeliin tar Bapak Singkawang kudu dibeliin juga], maka pake batik warna merah juga berleher Sabrina. Kompak euy sama cucu! Jam 1.30 pm akhirnya selesai juga acara dandannya, kami langsung cabs menjemput Mr. C, yang tinggal di mess bujangan ga jauh dari rumah kami, hanya 7 menit naik mobil, ato 30 menit naik sepeda, ato 1 jam lari sambil dikejar anjing, nyampe deh. Ternyata eh ternyata, meski kami ga janjian, Mr. C juga menggunakan batik, berwarna ijo ngejreng. Cucok lah kami tampil sebagai perwakilan kelompencapir antar desa.

Kami tiba di rumah Mr. Raymond pukul 2 pm lewatnya ga tau berapa menit [maklum ga pake jam], disambut oleh istrinya yang sedang bunting ampir 9 bulan, dan 2 anaknya, cowo & cewe. Emak gw langsung heboh liat2 ruangan, inspeksi dari depan ke belakang. Hihihi, Utinya Zahia emang hobi banget liat2 model rumah. Untungnya Tuan Rumah juga ga keberatan memperlihatkan ruangan2 di rumahnya. Abis itu, demi menghargai Sang Empunya Rumah yang udah repot2 nyediain hidangan dan ga enak kalo ga diicip2, maka acara berikutnya adalah acara makan. Menunya: lemang, bihun goreng, ayam kari, semangka. Hah, makan semangka pake nasi? Yah ga lah yau! Semangkanya kan sebagai hidangan penutup.

Mmmm awalnya gw sempet ragu juga untuk makan, sebab dari rumah gw dan Abang udah berdiskusi dan memutuskan hanya akan memakan kue2 kaleng ato minuman ajah, jika ada. Sebab bukannya apa2, kita kan ga tau makanan itu halal / ga, misalnya tu ayam disembelih pake Bismillah ato ga; apakah alat2 masaknya pernah digunakan untuk masak pork ato ga; begitu juga dengan perlengkapan makannya apakah pernah digunakan untuk makan pork ato ga. Tapi, sesampainya disana, melihat Tuan Rumah udah mempersiapkan makanan dan dengan excited menyuruh kami makan, akhirnya laki gw bilang bismillah ajah, dan kami pun makan. Memang yah Temans, terkadang gw & Abang suka bingung kalo ngadepin situasi kaya begini. Untuk bertanya langsung kan ga mungkin, karena yakin dah Tuan Rumah pasti bakalan tersungging kalo ditanya kaya gituh. Cuma beberapa kali pengalaman diundang makan di rumah Temans yang non-muslim, mereka selalu menyediakan makanan halal. Contohnya waktu Natal kami diundang ke rumah pacarnya Mr. Phillipino, disono pacarnya membedakan makanan buat tamu yang muslim ato non-muslim. Bagi tamu muslim, mulai dari makanan hingga perlengkapan makannya dia pesan dari catering Melayu muslim.

Neng Zahia ngapain ajah Bun? Karena Princess bangunnya kepagian, maka pas di pertengahan jalan Zahia langsung minta nenen dan ga lama grok2 deh. Baru kebangun setelah AyBun selesai makan. Bangun tidur langsung melayangkan panadangan ke seluruh penjuru, sambil bibir manyun2. Hal ini terjadi akibat masih kleyengan baru bangun tidur, dengan bingung ngeliat wajah2 baru yang belom pernah diliat sebelumnya. Setelah nyawanya kekumpul semua, baru deh Zahia dengan semangat makan semangka 2 slice, kue lapis 1 slice, kerupuk kembang goyang 1 bulet. Doyan apa rakus, Nak?



Ga kerasa udah ampir 2 jam kami bertamu. Makan berat udah, ngejarah kue2 udah, ngabisin soft drink 1 botol 1,5 liter udah [gw mah minum 2 gelas kecil ajah coz emang ga gituh suka soft drink], ngerumpi ngalor ngidul dari Barat ampe Timur udah, mengiklankan baju2 dagangan udah [Alhamdulillah, nemu reseller lagi], nyanyi2 Karokean lagu2 Iban udah, sesi pemotretan juga udah, so kami pun berpamitan pulang, karena masih harus berkunjung ke 1 rumah lagi. Bersalaman, cipika cipiki, lalu ngambil kembang goyang sebiji buat bekel Zahia di jalan [ngaku deh, buat Zahia to Bundanya?!], diakhiri dengan gudbay dadah. Next destination: Ms. Sopia’s house.

Kami sampai di rumah Ms. Sopia jam 4 pm. Di ruang tamunya yang penuh dengan pernak-pernik baju Dayak lengkap beserta aksesorinya, kami mendapati toples2 yang diisi dengan aneka penganan mulai dari kue kering, kue lapis, kacang, dan sebangsanya. Persis kan kaya suasana Lebaran? Tanpa tau malu gerombolan si berat menggasak isi di dalamnya. Zahia, yang dari di mobil pecicilannya kumat ga bisa diem barang satu menit, heboh makanin kue semprong. Disini Tuan rumah juga udah menyiapkan hidangan, yaitu: salad, ketupat ketan, ayam kari [hidup kari!! Wewww!!], ayam rendang, dan pepaya. Tapi karena udah keburu kenyang makan di rumah sebelumnya, maka kami pun hanya makan sedikit ajah. Zahia Alhamdulillah mau makan pepaya 2 slice.




Jam 5 pm kami pamit pulang, tidak lupa sebelumnya cuci tangan dan kaki lalu gosok gigi …. Hehehe ngawur! Maksud gw tidak lupa sebelumnya poto2 dulu, menyalurkan bakat kami sebagai potomodel Majalah Sobek. Abis nganterin Mr. C ke messnya, kami nyampe di rumah jam 5.30 pm, langsung terbirit2 ngibrit ke kamar mandi. Bukan buat pipis berjama’ah yah Temans, tapi wudhu soalnya belum sholat ashar. GUBRAG!! [Ya Allah, ampuni kami baru sholat jam segini].


HAPPY PADDY'S HARVEST FESTIVAL 2010

Gayu Guru Gerai Nyamai

Gawai Dayak

Lanjuuut Maaaang - Gawai's Open House