Thursday, 10 December 2009

Fenomena : TKI & Duta Bangsa

Ibarat kata pujangga :

.... " Dimana Bumi Di Pijak Di Situ Langit Di Junjung " ...

Mungkin itulah kata-kata yang tepat kita katakan mengenai TKI dan atau siapa saja yang merantau ke tempat orang. Merupakan sifat dasar manusia yang harus mampu untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi di lingkungannya untuk tetap survive. Kemanapun melangkah dan menetap maka ikutilah adat istiadat dan juga kebiasaan (baik / bagus) yang ada.

Sudah menjadi berita dan juga pengetahuan umum, ada segelintir TKI (legal / illegal) di Malaysia memiliki ta'biat yang sangat buruk. Hampir setiap tahun, terutama di hari-hari besar / libur nasional seperti menghadapi bulan ramadhan, menghadapi idul fitri, tahun baru dan momen yang lainnya di berbagai kota2 besar dan kecil Malaysia ada kejadian-kejadian dalam berbagai skala. Sebagai contoh pada beberapa hari menjelang idul fitri tahun 2008 di Pasar Bintulu terjadi saling bacok antara TKI Jawa - Bugis. Dan latar belakang masalahnya adalah perebutan wanita. akibat dari saling bacok ini 1 (satu) orang tewas. Sekitar akhir Januari 2009 terjadi juga saling bacok antara Sambas - Jawa dan berakhir dengan mengakitakan 2 (dua) orang tewas dengan hanya persoalan wanita lagi.. dan masih banyak lagi cerita-cerita lain yang sungguh memilukan sekaligus memalukan.

TKI sebetulnya dalam perspektif pribadi saya adalah Duta Bangsa dalam hal repsesentasi bangsa. Bagaimana sikap, tingkah laku dan perbuatan adalah melambangkan dan atau mewakili jutaan warga Indonesia di tanah air. Pendidikan yang rendah juga mungkin menjadi penyebab atau faktor utama hal ini semua sering berulang kali terjadi.

Sebagai contoh ringan dan sederhana adalah ketika payday atau pembagian gaji pada awal bulan semua pekerja (TKI = legal / illegal) harus datang sendiri untuk mengambilnya dan tidak boleh di wakili kecuali dalam keadaan sakit parah dan harus menggunakan surat pernyataan khusus. TKI legal akan mendapatkan salary dalam amplop berwarna putih dan yang illegal akan mendapatkan salary dalam amplop coklat atau mereka sering menyebutnya sebagai amplop hitam. Ketika itu suasana office sangat ramai orang dan tidak sengaja seorang Asst. Manager yang notabene adalah warga Malaysia menyatakan dengan suara cukup lantang "Orang Indonesia Berbau Busuk, Mungkin Mereka Tidak Pernah Mandi". Mendengar hal tersebut saya hanya tersenyum sambil nyengir saja. Beberapa menit kemudian teman saya tersebut baru mnenyadari bahwa saya ada disekitar dia duduk dan dengan serta merta dia meminta maaf kepada saya akan ucapannya tadi. Saya katakan : memang apa yang anda rasa sama dengan yang saya rasa, hampir semua mereka yang berada disini beraroma kurang sedap.

Adat istiadat, tingkah laku, kebiasaan hidup sehat dan bersih, dll adalah sesuatu yang sangat sederhana dan umum. Tetapi bila hal itu semua diabaikan, sungguh akan menjadi hal yang luar biasa bahkan menjadi "Stigma Negatif".

Bagaimanakah caranya membuat atau mengirimkan Duta Bangsa yang lebih akan dapat di hargai di negeri orang merupakan masalah besar yang memerlukan penanganan komprehensif....

Quo Vadis TKI........



Bintulu, Sarawak Malaysia

2 comments:

Fahmi said...

Susan, mas zul & zahia, so sweet blognya....jd pengeen ! Tki sungguh dilema, terus salah siapa ? Personnya, pemerintah RI, pemerintah malaysia atau perusahaannya ? Update terus ya blognya....bt nambah inspirasi, thankyu.
Fahmi-boo

Zulfadhli's Family said...

Thanks yah Mi dah mampir. Kalo ada kritik saran monggo. Kalo mo transfer angpaw Zahia juga monggo hehehe