Sebelum ini gw udah beberapa kali posting mengenai TKI di Malaysia. Dan kali ini gw juga pengen sharing aja pengalaman yang gw lihat dan hadapi sendiri. Semoga rakyat Indonesia yang masih memiliki cita-cita ingin bekerja di Malaysia sebagai Kuli / Pekerja Kasar / General Workers bisa mempertimbangkannya paling tidak 3 kali mikir lagi agar tidak ada lagi penyesalan di kemudian hari.
Sebagai prolog dalam postingan kali ini gw pengen memperlihatkan beberapa foto ekslusif mengenai kondisi factual & real sodara2 kita yang "terpaksa" bekerja sebagai kuli di negeri orang. Kondisi mereka sebetulnya sangat memprihatinkan dan terkadang sungguh jauh daripada kondisi memadai untuk prasarana & sarana buat manusia pada umumnya.
Sulit bagi kita men"judge" perusahaan kurang perhatian ato kurang peduli terhadap kondisi mereka, yang sebetulnya terjadi adalah hukum ekonomi supply & demand. Sangat di sadari bahwa ini juga adalah ulah dari banyaknya agent-agent dari Indonesia sendiri yang "menjual" sodara2 mereka ke Malaysia. Kurangnnya informasi yang "benar & baik" dan banyaknya penipuan dan kebohongan yang sengaja di buat oleh berbagai pihak telah menjerumuskan banyak generasi muda kita yang pada akhirnya gak punya pilihan ketika sudah sampai di Malaysia.
Mari coba kita telaah beberapa foto2 mereka yang sudah memutuskan untuk bekerja di Malaysia :
![]() |
Hidup dalam tenda seperti ini adalah menjadi keseharian bagi pekerja Ladang dan mereka harus melalui situasi seperti ini hingga akhir kontrak kerja yang biasanya 2 tahun atau kadang juga mereka biasanya lari dari camp / ladang dengan tanpa di lengkapi dengan passport, karena semua dokument mereka di simpan di kantor. Hidup dalam terpal seperti ini kalau siang sangat panas sekali dan kalau malam sangat dingin sekali. Tidak ada supply air bersih, listrik apalagi internet dan sinyal telpon. Jadi memang terasa hidup dalam dunia purba kala. |
Nah demikianlah beberapa foto2 ekslusif mengenai kondisi real TKI sanga pahlana Devisa di Malaysia khususnya di Sarawak. Apakah masih manusia namanya para agent, petugas2 / PNS yang selalu memeras uang-uang ringgit mereka ketika mereka pulang di pintu perbatasan / airport? sungguh berat usaha dan perjuangan mereka untuk mengumpulkan uang ringgit dan dengan semena-mena banyak orang2 di Indonesia memeras mereka. Sungguh memang manusia adalah srigala buat manusia lainnya. Menurut orang bijak dan arif..... : "ini adalah salah satu ciri-ciri negara miskin (hobby menjarah, hobby memeras, tidak ber perikemanusiaan, etc)". Ampuuunnnn....

Marudi - Sarawak