Showing posts with label TKI. Show all posts
Showing posts with label TKI. Show all posts

Wednesday, 28 March 2012

Bagaimanakah Kondisi TKI di Kebun / Ladang di Malaysia Sarawak

Sebelum ini gw udah beberapa kali posting mengenai TKI di Malaysia. Dan kali ini gw juga pengen sharing aja pengalaman yang gw lihat dan hadapi sendiri. Semoga rakyat Indonesia yang masih memiliki cita-cita ingin bekerja di Malaysia sebagai Kuli / Pekerja Kasar / General Workers bisa mempertimbangkannya paling tidak 3 kali mikir lagi agar tidak ada lagi penyesalan di kemudian hari.

Sebagai prolog dalam postingan kali ini gw pengen memperlihatkan beberapa foto ekslusif mengenai kondisi factual & real sodara2 kita yang "terpaksa" bekerja sebagai kuli di negeri orang. Kondisi mereka sebetulnya sangat memprihatinkan dan terkadang sungguh jauh daripada kondisi memadai untuk prasarana & sarana buat manusia pada umumnya.

Sulit bagi kita men"judge" perusahaan kurang perhatian ato kurang peduli terhadap kondisi mereka, yang sebetulnya terjadi adalah hukum ekonomi supply & demand. Sangat di sadari bahwa ini juga adalah ulah dari banyaknya agent-agent dari Indonesia sendiri yang "menjual" sodara2 mereka ke Malaysia. Kurangnnya informasi yang "benar & baik" dan banyaknya penipuan dan kebohongan yang sengaja di buat oleh berbagai pihak telah menjerumuskan banyak generasi muda kita yang pada akhirnya gak punya pilihan ketika sudah sampai di Malaysia. 

Mari coba kita telaah beberapa foto2 mereka yang sudah memutuskan untuk bekerja di Malaysia :
Hidup dalam tenda seperti ini adalah menjadi keseharian bagi pekerja Ladang dan mereka harus melalui situasi seperti ini hingga akhir kontrak kerja yang biasanya 2 tahun atau kadang juga mereka biasanya lari dari camp / ladang dengan tanpa di lengkapi dengan passport, karena semua dokument mereka di simpan di kantor. Hidup dalam terpal seperti ini kalau siang sangat panas sekali dan kalau malam sangat dingin sekali. Tidak ada supply air bersih, listrik apalagi internet dan sinyal telpon. Jadi memang terasa hidup dalam dunia purba kala.

Camp ini didirikan diatas bukit dan untuk menuju sumber aiar terdekat adalah di kaki bukit yang mengalir air sungai kecil. Sungai ini bersifat temporary, artinya kalo pada musim hujan maka air ada dan kalau tidak hujan maka sungai ini bisa di pastikan juga akan kering. Terbayangkan gak bagaimana mereka harus membuang air kecil dan besar, dimana itu? disini tidak ada WC / MCK jadi yach... panadai2 sendirilah kalo udah tahu pengen buang hajat. Sehingga sanitasi dan kebersihan di sekitar wilayah camp seperti sangat tidak baik.

Camp semi permanen, camp ini adalah untuk para mekanik dan merupakan bagian dari sebuah camp besar. Perhatikan secara detail kondisi sekitar camp yang sangat jorok dan banyak sekali tumpahan minyak solar / oli di tanah.

Camp yang seperti ini di sebut sebagai camp tarik / skid house sebab pola camp seperti ini memang sudah di design sedemikian rupa sehingga bisa di bawa oleh bulldozer / excavator kemanapun wilayah yang diinginkan.
 
Ini juga adalah Skid House. perhatikan 2 batang kayu besar sebagai penyangga bagunan di bagian bawah (pondasi). Skid house ini sudah di modifikasi oleh pekerja sehingga ada teras nya dan juga gak ketinggalana kandang ayam. Jadi kalo mereka pindah sekalian bawa kandang ayam. Bagaimanakah rasanya hidup dengan ayam yang hanya dipisahkan oleh sehelai dinding kayu. Pasti setiap pagi akan menghirup udara yang cukup sembriwing.

Ketika para pekerja sudah pergi dan kemudian Skid house ini ditinggalkan maka kondisinya sangat memprihatinkan. tampak bagian atap sudah habis di gondol maling dan yang tersisa hanya rangka dan pondasi bagunan saja.

Tenda ini di huni oleh 18 orang pekerja. Sama seperti tenda / camp pekerja yang lainnya. Camp seperti ini juga tidak dilengkapi dengan WC. Untungnnya di dekat camp ini ada spring water jadi pasokan air bersih yang sangat segar cukup tersedia.

Ini adalah camp yang di tempati oleh pekerja2 di Nursery ato bagian pembibitan pohon / tanaman. Kebanyakan menggunakan skid house sebagai perumahan karena harga yang relatif murah dan sangat mudah untuk di pindahkan.

Inilah nasib Skid House yang sudah di tinggalkan dan gak segera di amankan ke camp induk. Jadi jangan heran orang2 kampung di sekitaran camp di Malaysia juga melakukan tindakan brutal looohhh. Ini buktinya...
 
Nah dari tenda yang di huni 18 orang tadi di atas... ini adalah gambaran real di bagian dalamnya. Please imagine penonton, bagaimanakah kondisi yang sangat crowded di dalam tenda ini?... tetapi apakah ini memang keinginan mereka???. Ini adalah kenyataan yang harus di jalani oleh TKI kita di malaysia terutama yang bekerja di ladang.

Perhatikan di bagian belakang tenda. Yes, itu adalah seperti danau kecil  atau apalah namanya yang merupakan air yang tidak bergerak alias tidak ada siklus. Seluruh penghuni camp / tenda ini akan mandi dan mencuci pakaian mereka dalam kolam ini, bayangkan kondisinya sungguh memprihatinkan.

Gak beda jauh dengan beberapa foto2 diatas juga. Inilah kondisi real sebagain warga Indonesia yang memilih bekerja di Malaysia dan harus rela hidup dalam tenda dengan fasilitas yang sungguh sangat mengenaskan.

Ada juga TKI yang bernasib cukup baik dan hidup di camp seperti ini. Mereka bekerja di bagian logging dan seperti lazimnya budaya dalam camp logging, segala fasilitas buat manusia cukup tersedia secara baik walaupun mereka juga hidup dalam Skid House.
Inilah salah satu pekerjaan harian buat TKI yang memilih bekerja di Ladang / Kebun. Ini adalah gang / kelompok wanita dan juga "Banci". Hiksss.... hiksss ini benar looh. Di camp ini tercatat ada 9 orang banci dari Indonesia.

Kreatif. Kolam ikan yang mereka bikin dengan menggunakanterpal ini di buat di atas sebuah gunung dengan ketinggian sekitar 650 mdpl. Please imagine... keterbatasan tetap membuat mereka masih kreatif. di belakang tenda mereka adalah jurang loh.
Nah demikianlah beberapa foto2 ekslusif mengenai kondisi real TKI sanga pahlana Devisa di Malaysia khususnya di Sarawak. Apakah masih manusia namanya para agent, petugas2 / PNS yang selalu memeras uang-uang ringgit mereka ketika mereka pulang di pintu perbatasan / airport? sungguh berat usaha dan perjuangan mereka untuk mengumpulkan uang ringgit dan dengan semena-mena banyak orang2 di Indonesia memeras mereka. Sungguh memang manusia adalah srigala buat manusia lainnya. Menurut orang bijak dan arif..... : "ini adalah salah satu ciri-ciri negara miskin (hobby menjarah, hobby memeras, tidak ber perikemanusiaan, etc)". Ampuuunnnn....


Marudi - Sarawak
Lanjuuut Maaaang - Bagaimanakah Kondisi TKI di Kebun / Ladang di Malaysia Sarawak

Wednesday, 10 March 2010

Tawaran Pagi Hari yang Menggiurkan

Tadi pagi hubby berangkat dinas luar ke Pekanbaru. Waktu lagi masukin ransel Abang ke dalam mobil, gw melihat ada 2 orang Nenek2 tetangga depan rumah, orang Melayu, sedang berjalan2 santai. Setelah Abang berangkat, gw dan Nyokap langsung bergabung dengan Nenek2 itu untuk bersosialisasi secara kami adalah tetangga baru di kompleks ini. Beliau2 menanyakan dari mana kami berasal, apakah ini emak gw (menunjuk Nyokap), laki gw gawe dimana, udah berapa lama di Malaysia, dan sebagainya. Sebaliknya tanpa diminta kedua Nenek itu meperkenalkan diri: umur sekian, punya anak sekian, sekarang tinggal sama anak yang no sekian yang kerja di perusahaan A, cucu udah sekian biji, dan informasi2 lainnya yang diperlukan oleh ketua RT untuk membuat KTP. Setelah ngerumpi ngalor-ngidul, melintaslah seorang Nenek Cina gaul dengan cucunya yang bersepeda. Kenapa gw bilang Nenek gaul? Karena Beliau menggunakan tanktop, celana pendek, sepatu kets, serta bandana kain sebagai penutup kepala. Luar bisa bukan! Begitu trendi dan sportif penampilannya [kalah keren deh gw!]. Neciul (baca: Nenek Cina gaul) menyempatkan diri berhenti sebentar lalu mengintrogasi gw dan Nyokap dengan pertanyaan2 yang ga beda jauh dengan dua Nenek sebelumnya. Setelah itu, tanpa berpamitan atau ba-bi-bu, Neciul ngacir ke rumahnya. Kami yang tersisa (baca: gw, Nyokap, 2 Nenek Melayu) melanjutkan obrolan pagi, tapi ga lama karena gw memutuskan untuk gudbay-dadah, takut Zahia udah bangun [lagian males banget pagi2 ngerumpi, bagus gw nyiapin breakfastnya Zahia kan?!].

Gw sarapan, Nyokap ngopi. Pada saat pertengahan makan, datanglah Neciul dan 1 Nenek Melayu. Nyokap ngampirin mereka yang berdiri di depan pagar, gw pun langsung cuci tangan dan nimbrung disitu karena penasaran kepengen tau apa seh yang mo dibicarakan ko kayanya penting banget pagi2 namu ke rumah orang [ga cukup yah Nek acara introgasinya tadi?]. Tanpa tedeng aling2 Neciul bilang ke Nyokap kalo dia mo menawarkan bekerja di rumah anaknya. Nelayu (baca: Nenek Melayu) menambahkan penjelasan Neciul “itu loh, kerja rumah tangga”. Terus tanpa diminta Nelayu menjelaskan bahwa rumah anak Neciul di komleks ini ada 2, mereka keluarga kaya, bla-bla-bla. GUBRAGGG!!! Permisi yah Nek, gw sebagai anaknya, masih mampu ko kasih allowance tiap bulan buat Nyokap jajan2!! Ga perlu Nyokap kerja di tempat lo segala!!! Esmosi gw!!!! Lagian kalo lo emang super duper kaya kenapa ga cari ART via agent ajah, kan banyak agent2 penyalur ART di Miri. Tinggal bayar RM 2000 - 3000 beres semua urusan, sang agent akan mengantarkan pembokat yang lo butuhkan ituh sampe depan pintu rumah!!!!! Nyokap apalagi, langsung terperangah mendengar tawaran yang sangat menggiurkan ituh. After 2-minutes-shocked, Nyokap bilang dengan sopan kalo Beliau baru ajah pensiun dari America Company yang ada di Jakarta. Gw nyamber dengan menjelaskan bahwa sebenernya Nyokap meskipun udah masuk usia pensiun tapi mo diperpanjang kontrak kerjanya 2 tahun oleh perusahaan. Berhubung anak satu2nya yang manis dan gemar menabung ini (baca: gw) kelimpungan 6 bulan ngurus anak dan rumah sendirian dikarenakan susye banget cari ART kaga dapet2 [alhamdulillah sejak 3 bulan yang lalu kami udah dapet ART], maka gw memohon pada Nyokap untuk menolak tawaran dari Bosnya itu dan stay dengan gw disini.

Entah apa yang ada di pikiran Neciul dan Nelayu itu. Bagaimana coba perasaannya jika ada orang yang baru dikenal ujug2 dateng terus menawarkan mereka untuk jadi ART?? Emang seh Nyokap lagi pake daster [biasanya sehari2 Uti Zahia ini pake legging dan kaos], tapi masa langsung ditawarin jadi pembokat. Apa gw harus bilang “Nek, daster batik emak saya ini Batik Keris yang harganya lumayan mehong loh. Plizz deh jangan dikira ART”. Ga mungkin kan?! Satu yang pasti bahwa gw tersinggung karena gw ngeliat Nyokap sedih banget setelah peristiwa itu. Ya sutralah, gw dan Nyokap berusaha untuk menerima dengan lapang dada dan melupakannya, toh udah berlalu. Lagian kita kan ga bisa menyetir jalan pikirannya orang lain, ato melarang orang berfikir yang mboten2 tentang diri kita.

Sodara2 sekalian yang berbudi luhur, tahukah Temans kalo perlakuan under-estimate seperti itu sangat sering kami terima disini? Cap sebagai pembantu, tukang masak, buruh pabrik, pekerja ladang, kuli, seringkali mampir pada gw dan Abang, sedangkan bagi Nyokap ini adalah kali pertama [silahkan baca posting yang berjudul “Pembantu, supir, kuli, buruh kasar = ORANG INDON]. Apa karena pengaruh tampang yang melas ato emang udah habbit orang sini yang suka suudzon alias berburuk sangka. Maka dari itu sodara2, di Malaysia ini, kami memiliki prinsip untuk bersombong diri. Bukan sombong dengan memamerkan harta benda yang dimiliki seperti pake emas bergantang2 ato pamer sana-sini punya gadget latest edision. Bukan sombong seperti itu yang kami tunjukkan. Tapi dengan selalu menegakkan kepala, dan berbicara dengan Bahasa Inggris (sebagai bahasa internasional) supaya ‘mereka2 yang suka memberikan cap rendahan kepada orang Indonesia’ paham bahwa kami berpendidikan. Jika makhluk yang diajak berbicara tidak dapat berbahasa Inggris, kami mengobrol menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dengan harapan bisa memantulkan binar kecerdasan yang kami miliki.

Hidup Indonesiaku! Tunjukkan pada bangsa2 lain bahwa Indonesia memilki SDM yang tidak melulu menjadi pekerja level bawah, tapi SDM2 berkualitas yang dapat menjadi ‘atasan’ di negeri orang. Buktikan kalau kita bisa! Buka mata dunia, sadarkan mereka jika kita memiliki harkat dan martabat yang sama! MERDEKA!!!!
Lanjuuut Maaaang - Tawaran Pagi Hari yang Menggiurkan

Tuesday, 29 December 2009

Pembantu, supir, kuli, buruh kasar = ORANG INDON

Sebenernya waktu gw nulis judul ajah berasa miris banget menghadapi kenyataan cap / stigma orang2 di Malaysia terhadap orang2 Indonesia adalah pekerja menengah bawah [mohon maaf sebelumnya terhadap Bapak/Ibu/sodara2 sekalian yang berpofesi sebagaimana disebutkan di atas]. Gw bukan mengada2, tapi gw sendiri (termasuk laki gw) seringkali dianggap seperti itu. Sampe gw bertanya2 di dalam hati, apa emang muka gw yang ndeso dan merana, ato emang orang2 itu yang selalu meng-underestimate-kan orang Indonesia.

Dongkol Part 1

TKP : Klinik Kerajaan di Bintulu, saat imunisasi Zahia.
Setting : Bunda lagi duduk ngantri nunggu dipanggil Dokter. Ayah ngegendong Zahia sambil berdiri kukurilingan [bahasa Sunda, artinya jalan keliling2]. Sebelah Bunda ada Ibu2 muda yang Bunda perkirakan usianya di bawah Bunda 2 taun, pake kerudung & abaya corak bunga2.

Mrs.X : “Mana babynya?”
Bunda : “Tuh lagi digendong Ayahnya” (sambil nunjuk Ayah)
Mrs.X : “Orang Indon yah?” [SUMPAH GW GA SUKA BANGET INDONESIA DISINGKAT JADI INDON!!!]
Bunda : “Iya. Mba orang mana?” (senyum ilfill)
Mrs.X : “Saya juga Indon. Dari Cirebon”

Oh. Oh. Oh. Ok.
Percakapan berlanjut dengan dia menceritakan proses kelahirannya yang normal, berat babynya, nanya kenapa gw dioperasi, siapa yang bantu gw di rumah after melahirkan coz ga boleh angkat yang berat2, bla…bla….bla…. Ga lupa dia juga memperkenalkan lakinya Bapak2 India yang lagi duduk di tempat lain (gw perkirakan umurnya 3,25x lebih tua dari umur dia), yang dulunya adalah si pemilik restoran tempat dia bekerja [yoi, Mrs.X sekarang sudah menjadi pemilik “pemilik restoran” beserta restoran2nya]. Lalu tibalah saat2 yang mendebarkan itu………………

Mrs.X : “Suaminya kerja apa?”

Oh. Ok. Gw ga mungkin khan bilang kalo laki gw jabatannya ini itu, ekspatriat legal yang dapet tiket mudik staun skali naik psawat, gaji sekian, dll. So untuk mempermudah………

Bunda : “Suami saya mengkontrol kualitas tanaman. Tapi ga di 1 tempat, jadi travelling mulu krena arealnya banyak”
Mrs.X : “Oh, suami kamu driver?”

Oh. Yes. Oh. No. Oh. Ok. Thanks yah Jeng. Mungkin gw akan pertimbangkan untuk buka bisnis kereta sapu [istilah untuk taxi gelap] kalo pas laki gw libur secara mukanya udah cocok jadi driver.

Dongkol Part 2

TKP : Klinik Kerajaan di Bintulu [again?!], di farmasi lagi ngambil obat Zahia.
Setting : Petugas manggil nomor antrean Bunda lalu Beliau bermaksud menjelaskan cara pemakaian obat.

PF : “Paham bahasa Melayu? Saya nak jelaskan cara pakai ni obat” (ekspresi datar)
Bunda : “Tidak terlalu paham. Pakai Bahasa Inggris ajah” (sok songong)
PF : “Really?” (bertanya dengan air muka seakan2 ga percaya kalo partner bicaranya bisa berbahasa Inggris)

Mantaps! Beliau pun lalu menjelaskan dalam Bahasa Inggris. Dan of course supaya gw keliatan intelek gw sok2an bertanya2 yang mboten2 dalam Bahasa Inggris juga dunks pastinya [nah justru pertanyaan2 yang mboten2 itu Bun yang bikin keintelektualitasan Bunda jadi merosot beberapa point].

Dongkol Part 3

TKP : Tempat makan Pakistan satu2nya penjual Roti Naan yang paling enak di Bintulu, PJ Corner.
Setting : Bunda numpang sholat sama Mak Cik pemilik tempat makan tsb [yang sekarang sudah menjadi Adopted Grandma nya Zahia. Yippie! So kalo kita makan disitu sering banget dikasih diskon dan Zahia dikasih permen, tapi Bunda yang makan permennya]. Karena lokasi tempat sholatnya di lantai 2, maka Mak Cik pun menyuruh salah satu pegawainya nganter gw ke atas.

Bunda : “Maap yah Mak Cik ngerepotin” [semua ibu2 yang umurnya gw perkirakan udah di 40 something gw panggil Mak Cik. Kalo masih muda mah Kakak]
P : “Oh gpp”

Sambil jalan kami pun mengobrol ngalor-ngidul. Kebanyakan Bunda yang nanya, seperti asalnya dari mana (ternyata Beliau dari Inonesia juga, tapi Bunda lupa daerah mana), udah berapa lama Mak Cik merantau, anak berapa, kapan terakhir pulang kampung. Wah pokonya Bunda kaya polisi ngintrogasi tersangka [huehehe mulut ko ga bisa diem seh Bun!]. Setelah itu Mak Cik gantian nanya.

P : “Kalo kamu sih udah enak, udah sukses”
Bunda : “Alhamdulillah” (senyum syukur)
P : “Iya, majikan kamu kelihatannya baik banget”
Bunda : “Majikan?? Mmmm….majikan yang mana yah Mak Cik?” (senyum bingung)
P : “Itu loh yang India itu. Kamu kerja sama dia kan? Kayanya dia baik banget”

Hohohohoho. Sodara2 sekalian sebangsa setanah air, ternyata Mak Cik ini dari dulu suka memperhatikan kami. Dulu sebelum ada Nyokap, kami kalo shopping selalu pergi dengan Mr. Rajan. Beliau adalah orang India tetangga kami, almost 55 taun, yang selalu nebeng ke Bandar (kota Bintulu) coz walopun pangkatnya sama dengan laki gw tapi rezeki dalam hal mobil dinas berbeda dengan Abang. Kalo Abang dapet amanah dari Bosnya berupa Land Cruiser Turbo [kalo disini dipanggilnya Ninja], kalo Mr. Rajan dikasih bosnya mobil single cabin yang ga ada road tax nya sehingga mobil tersebut ga bisa digunakan keluar camp.

So, melihat seperti itu, maka Mak Cik yang memang ga bisa gw salahkan, menebak bahwa Mr. Rajan adalah majikan, Abang supirnya, dan gw udah tentu pembantunya. Suatu padanan yang keren sekali.

Dongkol Part 4

TKP : Nyabau Hospital, waktu dirawat karena pendarahan.
Setting : Ruang perawatan kelas 2 [ato 3 yah?] yang 1 ruangan isinya 6 tempat tidur. Bunda saat itu mendatangi tempat nurse2 berkumpul untuk nanya Dokter.

Oya, supaya deskripsinya lebih jelas, Bunda masuk hospital tanpa persiapan apa2. Awalnya Bunda pikir hanya untuk menge-check kenapa Bunda bleeding dari smalem. Tapi ternyata kalo di Bintulu yang namanya masuk Hospital minimal harus nginep 1 malam [aneh yah, kan kalo di Indonesia kita bisa datang ke RS datang hanya untuk check / kontrol ke Dokter]. So, Bunda cuma bawa baju yang nempel di badan, dompet yang berisi 30 RM, 1 botol susu Dutch Lady, dan coklat Cadburry yang emang selalu ada di tas buat cemilan kalo bepergian.

Bunda : “Kapan Dokter datang?” (nanya ke Nurse yang lagi nulis)
N : “Tunggu saja. Dokter sibuk” (tanpa melihat ke Bunda, perhatian sepenuhnya hanya ke meja)

..... 1 jam kemudian .....

Bunda : “Kapan saya diperiksa Dokter?” [oww..oww…oww…masih Nurse yang tadi]
N : “Dokter masih sibuk” (muka ketus)

..... Beberapa jam kemudian .....

Bunda : “Kapan Dokter bisa periksa saya? Kalo ga saya mau pulang ajah” (muka khawatir karena ngebayangin charge untuk foreigner yang mahal plus sebellll minta ampun)
N : “Mana bisa pulang kalau Dokter belum check. Tunggu saja. Dokter masih sibuk periksa yang lain”

Hebat!! Seberapa banyak seh emak2 hamil yang lagi berada di RS ini??? Ada 1000 orang kali yah ampe Dokternya lamaaaaaa banget nyuekin gw [desperate].

..... Jam demi jam gw lewati. Udah siang banget sekarang .....

Bunda : “Nurse, saya bisa minta minum ga? Saya ga bawa air” (muka melas kehausan bin lumutan nunggu Dokter)
N : “Kamu suruh suami kamu beli atau teman kamu” (muka lempeng seakan2 ga liat penderitaan orang lain yang ampir nekad minum air keran)
Bunda : “Suami saya belum dateng. Saya juga ga ada temen. Macam mana donk?” [capeeeeee deeeehhhhhh!!!!!!]
N : “Kamu beli aja sendiri di bawah ada kantin”

OK! That’s enough!! Gw bleeding, trus disuruh beli minum sendiri di kantin yang jauh itu, dimana posisi gw di lantai 3 dan kantin adanya di parkiran?!?! Haluuuwwww, emang ga ada pantry kah?!?! Bener2 dah ga berperi-kehausan!!!! Gw udah mulai berfikir dan menimbang2 untuk nelepon Kakek gw di Banten [mo kirim paku yah Bun?]

Allah pun menyelamatkan makhluk-Nya yang terdzolimi. Dia mengirimkan malaikat berperut besar banget (ya iyalah wong hamil 9 bulan lebih 2 minggu), yang katilnya bersebelahan ama gw, yang ternyata sesama orang Indonesia, yang bawa air mineral 1,5 liter 2 botol. Akhirnya gw pun “meminjam” air botolnya dan berjanji akan gw ganti kalo Abang dah datang. Thanks God. Dan akhirnya lagi setelah menunggu lebih dari 2 abad, Dokter tercinta pun memanggil gw untuk diperiksa. Gw pun mengambil pose seperti ayam bakakak dan selesailah diperiksa.

Bunda: “Gimana Dok?” (suara lemah karena masih trauma dengan “pantat bebek” yang dimasukkin ke v*g**a)
Dr : “Ini begini ini begitu blab la bla grak grek grok ngak ngik nguk” (menjelaskan panjang lebar)
Bunda: “Dok, saya pulang ajah yah. Lagian kan pendarahannya dah ga banyak, terakhir spot kecil ajah. Sejujurnya saya takut kalo nginep bayarannya mahal karena saya foreigner” (muka memelas)
Dr : “You mau MATI? Kalo ilang banyak darah bisa MATI”

Mantaps! Gw disamain ma kucing bo. Mati?!?! Walah!!

Tapi kemudian everything is change. Setelah si Nurse membaca buku diary gw (itu loh buku catatan kesehatan Ibu Hamil), dia pun menatap gw takjub, memanggil dengan senyum manis di bibir, mengajak mengobrol dengan keramahan tiada tara. Apa gerangan yang terjadi sodara2?? Yoi bangetz. Ternyata Nurse2 itu membaca di diary, tepatnya pada biodata pribadi, dimana tertulis:
Pendidikan : Degree

Dari hasil ngerumpi dengan Nurse2 gw bisa menangkap cerita bahwa:
- Banyak Bumil yang dirawat ga paham Bahasa Melayu, apalagi Bahasa Inggris. Ga sedikit juga yang menggunakan Bahasa Daerahnya. Sehingga terjadilah kesulitan kesulitan berkomunikasi.
- Tidak ada passport ataupun Buku Nikah (kalau di Malaysia saat pertama kali datang untuk control ke Klinik Kerajaan atau masuk Hospital pasti diminta Buku Nikah). Tapi sebagian besar orang ini tetap bisa masuk hospital karena sudah membayar Deposit (uang jaminan) sebesar RM 800 per orang.
- Dari buku diary Bumil [yang berisi informasi pribadi sampai tingkat pendidikan pun terecord], sebagian besar pendidikannya hanya SD atau SMP. Sangat sedikit yang SMA. Sangat jarang yang Diploma. Langka yang kuliah sampai sarjana.

Selama hampir 1,5 tahun kami stay di Sarawak, kami melihat bahwa sebagian besar orang2 Indonesia yang ada disini adalah orang2 un-skill. Bekerja di ladang (tukang tanam, slashing, kerja di nursery, operator alat berat, dll), asisten rumah tangga, supir, tukang mungutin uang di ferry, cleaning service, kerja di restoran, wanita2 pub, jaga toko, dan masih banyak lagi. Di kantor Abang, hanya ada 2 orang Indonesia yang menduduki posisi middle management, itupun yang 1, Mr.Willem dari Tana Toraja, sudah resign. Di Bintulu, kami menemukan [emang barang!] satu orang Dokter asal Indonesia, Dr. Endang Susilawati lulusan UGM.

Persoalan cap / under-estimate ini mungkin susah diubah, selama orang2 Indonesia yang datang ke Malaysia memang tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Tapi at least gw & Abang berusaha semampu mungkin untuk menjaga citra diri kami sebagai orang Indonesia yang berpendidikan. Hidup Indonesia!!! [tiba2 mengalun lagu Indonesia Raya diiringi dengan biola yang mendayu2]


Lanjuuut Maaaang - Pembantu, supir, kuli, buruh kasar = ORANG INDON

Monday, 28 December 2009

Bekerja sebagai Ekspatriat di Malaysia

Miri International Airport 06.45 pm

Mr. A : Hi..eee.....Zulfadhli...
Me : Yes sir, I'm so sorry...... you....ee.... Mr. Adrian Jacques Carstens...
Mr. A : Yes. I'm...
Me : I'm so sorry sir.... who is my direct superior....
Mr. A : Me....Zulfadhli...

Wah kalo inget2 sepotong conversation waktu beberapa tahun yang lalu terkadang mengelikan dan memalukan... Bagaimana enggak semuanya berjalan seperti gak logic & very fast.
Kesempatan yang kami peroleh bekerja di sebuah company di Sarawak - Miri malaysia adalah jasa dari Internet. Sang Istri tersayang yang jago dengan piranti teknologi sangat gemar membuka berbagai job vacancies yang ada di dunia maya. Dengan segala fasilitas internet yang ada, Istri tercinta yang seterusnya akan dipanggil Bunda selalu membuka setiap ada lowongan yang cocok dengan kemampuan & kualifikasiku. Sejak menikah kami sudah memiliki cita2 yang sangat kuat harus bekerja di luar negeri... at least di Malaysia sebagai Expatriate. Dan alhamdulillah Allah SWT mengabulkannya setelah beberapa lowongan yang ada dan kita kirim lamaran kesana via email akhirnya hanya selang beberapa hari ada balesan dari company di Malaysia..... dan pendek cerita... rupanya yang email2an dengan kami selama ini adalah GM langsung dan juga Cc nya adalah Mr. Adrian (from South Africa) yang notabene nantinya adalah Boss ku sendiri...

Semua cerita dan proses ini berjalan seperti air mengalir. Dalam proses menjadi karyawan, kami pernah bertanya nanti akan interview dimana??? dll, Tetapi ternyata semuanya ditanggapi oleh GM dengan mengatakan gak perlu interview dan beliau nanya mau minta gaji berapa??? Wah ternyata to the point banget.... agak kagok dan menjadi ragu juga pada saat itu, maksudnya adalah apakah company ini bonafide apa gak? Dan banyak lagi pertanyaan yang menumpuk dalam kepala dan hati. So akhirnya kami secara resmi diterima bekerja di Malaysia dengan menandatangani kontrak kerja yang dikirim via email (scan) dan akhirnya menyusun itinerary schedule (flight).

Setelah menghubungi travel agent dan semuanya fixed, lalu kami kirimkan itinerary schedule via email dan meminta no hape dan nama contact person yang akan menjemput di airport nantinya dan ternyata ya itu tadi yang jemput adalah langsung my Boss. Surprised.

Sebagai seorang foreigner yang baru menjadi "Expartriate" tentunya kami dulu lugu bin kampungan banget.. semuanya gak tahu, truss gak punya relasi yang bisa di tanya, dll.... mencoba mengumpulkan informasi via internet sebanyak2nya mengenai Malaysia, Tax, Regulation, Labour policy, Immigration, Customs, dllllll..... pokoknya banyak sekali.... termasuk masalah rumah sakit karena waktu itu Bunda sedang hamil.
Jadi kalo di rinci yang perlu dipersiapkan oleh calon expartriate baru ke Malaysia adalah :
1. Kumpulkan segala informasi penting tentang kualitas dan bonafiditas perusahaan yang di tuju.
2. Pastikan proses perekrutan anda sudah memenuhi standar dan perturan perudang2an Malaysia. Jangan malu & ragu untuk bertanya kepada HRD masalah ini.
3. Siapkan semua dokumen penting dan pribadi lengkap dengan fotocopy at least 5 rangkap seperti akte kelahiran, scan kontrak kerja, Passport, SIM internasional, KTP, pas foto berbagai ukuran, ijazah, sertifikat, surat nikah kalo ada, dll.
4. Pastikan nego gaji, fasilitas dll yang berhubungan dengan kesejahteraan sudah final, karena akan sulit kalo gak mau dikatakan tidak bisa untuk nego ulang kalo udah signed contract (agreed).
5. Kalo mau membawa keluarga maka dalam contract kerja harus nego family status, jangan sampai single status, karena nanti akan rugi. Walaupun kita sudah berkeluarga tapi kalo salah nego awal ini akan jadi masalah besar.
6. Kalo memang niat sekali mau membawa anggota keluarga menetap di Malaysia, maka sebaiknya pastikan dahulu working permit anda approved by immigration, agar anda gak perlu bayar mahal untuk single entry visa anggota keluarga anda, silakan baca tulisan "Lebih Murah di Indonesia atau Malaysia".

Kami rasa itulah beberapa hal yang penting di ketahui sebelum mengambil keputusan untuk bekerja di Malaysia sebagai Expartriate. Semua cerita ini adalah based on our experienced selama bekerja di Malaysia.

Miri - Sarawak
Lanjuuut Maaaang - Bekerja sebagai Ekspatriat di Malaysia

Thursday, 10 December 2009

Fenomena : TKI & Duta Bangsa

Ibarat kata pujangga :

.... " Dimana Bumi Di Pijak Di Situ Langit Di Junjung " ...

Mungkin itulah kata-kata yang tepat kita katakan mengenai TKI dan atau siapa saja yang merantau ke tempat orang. Merupakan sifat dasar manusia yang harus mampu untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi di lingkungannya untuk tetap survive. Kemanapun melangkah dan menetap maka ikutilah adat istiadat dan juga kebiasaan (baik / bagus) yang ada.

Sudah menjadi berita dan juga pengetahuan umum, ada segelintir TKI (legal / illegal) di Malaysia memiliki ta'biat yang sangat buruk. Hampir setiap tahun, terutama di hari-hari besar / libur nasional seperti menghadapi bulan ramadhan, menghadapi idul fitri, tahun baru dan momen yang lainnya di berbagai kota2 besar dan kecil Malaysia ada kejadian-kejadian dalam berbagai skala. Sebagai contoh pada beberapa hari menjelang idul fitri tahun 2008 di Pasar Bintulu terjadi saling bacok antara TKI Jawa - Bugis. Dan latar belakang masalahnya adalah perebutan wanita. akibat dari saling bacok ini 1 (satu) orang tewas. Sekitar akhir Januari 2009 terjadi juga saling bacok antara Sambas - Jawa dan berakhir dengan mengakitakan 2 (dua) orang tewas dengan hanya persoalan wanita lagi.. dan masih banyak lagi cerita-cerita lain yang sungguh memilukan sekaligus memalukan.

TKI sebetulnya dalam perspektif pribadi saya adalah Duta Bangsa dalam hal repsesentasi bangsa. Bagaimana sikap, tingkah laku dan perbuatan adalah melambangkan dan atau mewakili jutaan warga Indonesia di tanah air. Pendidikan yang rendah juga mungkin menjadi penyebab atau faktor utama hal ini semua sering berulang kali terjadi.

Sebagai contoh ringan dan sederhana adalah ketika payday atau pembagian gaji pada awal bulan semua pekerja (TKI = legal / illegal) harus datang sendiri untuk mengambilnya dan tidak boleh di wakili kecuali dalam keadaan sakit parah dan harus menggunakan surat pernyataan khusus. TKI legal akan mendapatkan salary dalam amplop berwarna putih dan yang illegal akan mendapatkan salary dalam amplop coklat atau mereka sering menyebutnya sebagai amplop hitam. Ketika itu suasana office sangat ramai orang dan tidak sengaja seorang Asst. Manager yang notabene adalah warga Malaysia menyatakan dengan suara cukup lantang "Orang Indonesia Berbau Busuk, Mungkin Mereka Tidak Pernah Mandi". Mendengar hal tersebut saya hanya tersenyum sambil nyengir saja. Beberapa menit kemudian teman saya tersebut baru mnenyadari bahwa saya ada disekitar dia duduk dan dengan serta merta dia meminta maaf kepada saya akan ucapannya tadi. Saya katakan : memang apa yang anda rasa sama dengan yang saya rasa, hampir semua mereka yang berada disini beraroma kurang sedap.

Adat istiadat, tingkah laku, kebiasaan hidup sehat dan bersih, dll adalah sesuatu yang sangat sederhana dan umum. Tetapi bila hal itu semua diabaikan, sungguh akan menjadi hal yang luar biasa bahkan menjadi "Stigma Negatif".

Bagaimanakah caranya membuat atau mengirimkan Duta Bangsa yang lebih akan dapat di hargai di negeri orang merupakan masalah besar yang memerlukan penanganan komprehensif....

Quo Vadis TKI........



Bintulu, Sarawak Malaysia
Lanjuuut Maaaang - Fenomena : TKI & Duta Bangsa

Tuesday, 8 December 2009

TKI & Human Trafficking

... Pengalaman adalah guru paling berharga ... itu merupakan sepotong kata2 bijak dari jaman dahulu hingga sekarang.

Banyak persoalan di negeri kita tercinta (baca : Republik Indonesia) merupakan persoalan yang sebetulnya sederhana.

Salah satu persoalan yang cukup populer adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Di Malaysia sendiri banyak sekali TKI dengan berbagai fenomena dan kesibukannya.

Secara umum TKI dibagi menjadi2 berdasarkan legalitas : Legal (mendapatkan surat & visa kerja) serta Illegal (hanya bermodalkan passport).

TKI ini sendiri di Malaysia mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam menumbuhkan perekonomian. Hampir di semua sektor dikerjakan oleh TKI, mulai dari tukang sapu jalan, tukang angkut sampah, housekeeper, tukang kebun, bangunan, Pub, Karaoke, dll.

Hampir disemua sektor pekerjaan dan sudut daerah kita akan dengan mudah menemukan TKI.

Tidak dapat di pungkiri banyak orang lebih senang menjadi TKI illegal. Dengan menjadi illegal maka 2 pihak akan untung :
a. Pihak pertama TKI tidak akan dikenai pemotongan pajak dan segala urusan ke-legal-an.
b. Pihak kedua company / tuan / agent juga tidak akan mengeluarkan uang untuk membayar segala kelengkapan dokumen resmi.

Hanya saja para TKI ini banyak yang tidak faham akan dampaknya di suatu ketika nanti. Kenyataan membuktikan banyak TKI illegal yang menetap di dalam kebun / ladang hidup dengan tenang tanpa ada gangguan apapun. Dan mereka juga tidak memiliki masalah ketika akan pulang kembali ke tanah air, karena banyak sekali biro jasa / calo yang bersedia mengurus pulang tanpa dokumen dan dijamin selamat sampai ke tanah air.

Terasa sulit ketika kita harus memilih atau memutuskan dan di hadapkan pada 2 hal :
1. Para TKI yang illegal datang biasanya mereka yang sangat membutuhkan pekerjaan.
2. Para agent / biro jasa / calo sangat membantu untuk menyalurkan mereka kepada user.

jadi apakah ini masuk kategori Human Trafficking?... perlu penjelasan dari pakar masalah ini. Tetapi terlepas akan segala masalah ini kita tidak dapat lari dari kenyataan dan ini adalah real simbiosis mutualisme.

Malaysia adalah negara yang paling dekat dan mempunyai peluang / lowongan kerja yang sangat banyak sekali. Ketika Bangsa sendiri tidak mampu untuk menjawab segala keperluan rakyatnya apakah salah mereka menjadi illegal?

Saya tidak mau membahasnya lebih lanjut karena akan sangat panjang sekali. Cukuplah dengan sepenggal cerita diatas berdasarkan pengalaman sendiri.

Marudi, Sarawak - Malaysia
Lanjuuut Maaaang - TKI & Human Trafficking