Wednesday, 9 November 2011

Brain Drain

Sebetulnya udah lama sekali gw pengen sharing mengenai tema ini. Kemungkinan besar tema ini sangat jarang sekali di sentuh. Gw mulai tertarik dengan masalah ini setelah menonton program di TV1 RTM Suara Rakyat.

Apakah sebetulnya Brain Drain ini?... dari 3 narasumber yang di datangkan mereka tidak berhasil mengartiaknnya secara real kedalam bahasa melayu. Sedangkan secara bahasa inggris artinya adalah lebih kurang Brain = otak ato kecerdasan dan Drain = selokan / got / saluran / drainase. Secara harfiah istilah brain drain artinya adalah orang-orang pintar yang mengalir keluar menuju suatu tempat yang lebih comfort dan menghargai skill mereka. Jadi disini key word nya adalah orang pintar dan skill.

Data statistik Malaysia menunjukkan sejak 1965-an ada sekitar 1 juta warga Malaysia yang hijrah ke luar negeri dan melepaskan status mereka sebagai Warga Negara Malaysia. 1 juta-an orang ini adalah skilled workers loohh alias profesional dan bukan tukang slashing ato cleaning service or kuli bangunan. Mereka adalah asset Malaysia yang pindah karena merasa nyaman di negeri orang laen. 90% dari total 1 juta-an warga yang sudah pindah tersebut ternyata adalah Warga China Malaysia dan ini sedikit menggugat dan menjadi pertayaan bagi rakyat yang lain akan loyalitas warga china terhadap Malaysia. 

Dari 1 juta-an warga yang pindah tersebut memilih 2 negara favorite yang pertama adalah Singapore & yang kedua adalah Ausie. Ada beberapa alasan yang mereka kemukakan sehingga pindah ke luar negeri :

1. Budaya kerja dan hidup di luar negeri lebih baik.

2. Warga negara lain memberikan penghargaan yang penuh terhadap keahlian mereka dan mereka dianggap sebagai expert. Situasi ini memberikan mereka suasana yang nyaman karena sangat di hargai oleh warga asli.

3. Salary & income yang lebih baik ketimbang di Malaysia.

4. Pemerintahnya sangat cooperative kepada para skilled workers ini dan mereka dianggap juga adalah asset. Jadi disini ada sebuah kesetaraan dan menghilangkan / eliminated diskriminasi.

Kemaren gw juga udah posting mengenai hal yang ada kaitan rapat / korelasi dengan bahan diskusi hari ini.

Bagaimana dengan Indonesia???... gw pernah menonton program di TV yang mana CEO salah satu raksasa oil and gas amerika adalah juga putra Indonesia. Di Singapore ada seorang putra Bugis SulSel yang sukses mengembangkan bisnisnya dan dia sekarang adalah owner and CEO untuk salah satu group Taxi terbesar di sana. Kita juga mengenal Sri Mulyani yang juga adalah Direktur Pelaksana world bank. Dan di luar sana ada banyaaaaaak sekali putra-putri Indonesia yang begitu sukses di luar negeri dan diakui dunia ketangguhannya.

Malaysia sudah mendirikan TalentCorp. Ini adalah sebuah badan yang bertanggungjawab memanggil kembali putra-putri terbaik malaysia agar mau kembali dan menempati posisi strategis di berbagai lini yang sudah di sediakan oleh pemerintah. TalentCorp adalah badan yang langsung report kepada Prime Minister dan menyediakan banyak sekali incentive dan benefit kepada setiap yang di panggil untuk kemudian memulai hidup baru kembali di Malaysia. Salah satu incentive yang di tawarkan adalah keringanan pajak, kemudahan loan rumah, mobil. Kemudian juga bagi yang sudah memiliki spouse dari negara lain maka akan di berikan kemudahan dan prioritas kepada spouse dan juga anak2 mereka untuk mendapatkan IC merah ato status permanent resident dan gak perlu menunggu lama untuk proses ini.

Malaysia secara serius sudah menangani issue ini secara terencana dan terstruktur. Semua kedutaan Malaysia di berikan tanggungjawab untuk mengumpulkan data2 orang-orang briliant ini dan di pujuk secara persuasif agar mau kembali ke Malaysia.

Orang-orang cerdas ini memerlukan taraf kehidupan yang lebih tinggi karena mereka sadar dengan level yang mereka butuhkan. Bukannya mereka ingin sombong tetapi mereka perlu kepastian kesejahteraan hidup yang lebih nyata bagi keluarga mereka. Memang betul kesejahteraan itu sangat relatif. Kaum ini menyadari betul bahwa ruang geraknya di tanah air sudah sangat sempit dan mereka udah jelas gak bisa mendapatkan salary yang sesuai dengan harapan mereka.

Sebagai ilutrasinya adalah sebagai berikut (ini kisah nyata juga). Di sebuah perusahaan Hutan Tanaman Industri A di Indonesia memiliki seorang GM HRD dan ketika dia membuat sebuah annual budget & CAPEX rumah untuk supervisor level harus sudah ada AC & hot water heaternya. Kemudian GM HRD juga dari perusahaan HTI B membuat budget rumah untuk supervisor cukup pake ceiling fan dan juga toilet jongkok dan mandi pake gayung. Setelah di telaah & di teliti background mereka lebih lanjut maka GM dari perusahaan A adalah anak seorang senior GM yang dari orok udah biasa dengan fasilitas yang glamour & mapan, jadi menurut dia fasilitas seperti AC & water heater adalah hal lumrah karena pembantu dia juga pake hal yang sama. Tetapi bagi GM dari perusahaan B yang merupakan anak nelayan miskin maka untuk supervisor level kalo rumahnya di pasang ceiling fan itu udah sangat glamour dan luxurious sekali loohh... nah inilah pandangan yang di bikin oleh orang yang berbeda background... hasil akhirnya sangat berbeda jauh. Makanya tadi gw sampaikan bahwa kesejahteraan itu relatif sekali maknanya.

Apa pesan moral yang ingin gw sampaikan adalah, orang-orang briliant ini menyadari betul bakat dan kemampuan mereka. Mereka membutuhkan sesuatu yang memang layak mereka terima dan bukannya menyerahkan nasib dan takdir dengan kondisi yang ada. Mereka Hijrah ke suatu tempat yang bisa menjamin kesejahteraan mereka. Konsep take and give menjadi suatu kenincayaan di dunia ini. 

Mereka memahami secara konseptual kalo mau hidup kaya secara HALAL maka harus Hijrah ke tempat lain yang lebih memberikan ruang untuk berekspresi dan ber karier.


Notes tambahan aja. Prime Minister (PM) Malaysia pernah membuat suatu perhelatan akbar dan mengundang seluruh CEO & COO perusahaan terkemuka di Malaysia. Dalam program ini PM secara langsung meminta kepada CEO & COO ini kalo memang bersedia untuk menjadi warga negara Malaysia (PR) maka beliau akan langsung menyetujuinya on the spot loh... Bayangkan coba... apa tujuannya... udah jelaslah CEO & COO ini adalah orang2 pilihan dan brilliant sehingga income mereka juga sangat luaaarr biasa dan PM berusa merangkul mereka sehingga uang CEO & COO ini tidak lari keluar... dan hanya berputar di dalam Malaysia saja. Malaysia juga memiliki program Malaysia My Second Home bagi para orang2 kaya dari seluruh negara karena ada syarat2 yang cukup tinggi.


Lawas - Sarawak
... Ayah Double Zee ...

20 comments:

Desy Noer said...

Bunda Zahia pha kabar?? lama gak kemari.. maklumm rariweuhh.. Zahia juga gimana kabarnya???

Setuju bangedd.. sama ayahnya double Zee nich. Kesejahteraan itu relatif, salah satunya tergantung dari background orang.
Indonesia...jelas, sudah banyak banget kehilangan anak bangsa brilliant, rata-rata yang kurang (atau bahkan tidak sama sekali) puas atas penghargaan yang diberikan negara. Menurutku ini bukan soal kesetian, tapi ya memang itu.. masing-masing memiliki standar kesejahteraan tersendiri..

Lidya Fitrian said...

kangen susan nih, sehat-sehat kah?
Bang zul saya tidak komen postingan ini ya,gak ngerti :)

Anisayu Nastutik said...

memang banyak yg sudah pandai keluar negri tak kembali karna hidup lebih nyaman disana ...

salam kenal kmbali n trimakasih... :)

socafahreza's blog said...

pandai tuh orang yang keluar negeri gag balik2..
jadinya yang di sini tetep aja..

socafahreza's blog said...

pandai tuh orang yang keluar negeri gag balik2..
jadinya yang di sini tetep aja..

Shaliha said...

maaak..subhanallah..masi smpet aje ngeblog..punya orok juga..hebat betuuul hehe. eniwei isu brain drain ini emang santer di kalangan org2 kita di seberang ya. Selain daripd fasilitas tp juga apresiasi pemerintah dalam negeri ktnya berbeda dg yg diberikan di luar pd org-org yg memang memiliki keahlian di bdgnya..ahh sbnrnya mau jg nyoba hidup diluar sanah..namun tnyata abiucon sngt cinta depok :P *pdhl mah krn ga ada yg bs dikerjain jg disana haha, so iye aje ini mah

kazvampires said...

acara begini selaindi TVRi dimana lagi mbak, duh mantengin tulisannya seru.

saya follow ya?

Tiara Putri said...

wah :O TalentCorp itu bisa ditiru tuh di Indonesia

Y.U.D.I.5 (daunlatin) said...

J.E.M.P.O.L

21inchs said...

Pernah dibahas juga di acara Kick Andy di Metro TV.
Dan ada juga organisasi orang2 Indonesia yg kerja di luar negeri yg sedikit2 mulai mengajak utk balik bekerja ke Indonesia.

Yayack Faqih said...

tidak untuk kalangan profesor dan org2 pintar saja yg sudah melakukan hal spt itu, banyak juga atlet atau mantan atlet indonesia yg mau berpindah negara untuk mencari kesejahteraan dirinya. Apakah ini peran pemerintah yg kurang loyal ataukah ada hal lain yg belum di temukan solusinya. saya jg sangat miris menilai ttg masalah ini yg sebenarnya banyak sekali org2 yg pintar di indonesia.

Bintang said...

Bingung mo comment apa...sebenernya pendapat aku beda sih dengan konsept orang indo yg hijrah keluar dengan orang indo yg tetep cari kerja di indo berdasarkan tulisan diatas...jadi aku bingung mo comment gimana...

btw, aku sendiri suami kerja di luar...jadi aku bisa mengambil kesimpulan orang2 indo yg kerja di luar dengan orang indo yg tetep kerja di indo...aku gak bisa tulis disini..karena emangnya beda tulisan diatas dengan kesimpulan dari aku...

Mulyani Adini said...

Kalau di pikir2 emang bagusnya seperti itu ya Om, jadi bisa memajukan negaranya sendiri atas anak bangsa sendiri.

Allisa Yustica Krones said...

Negara tetangga kita sudah banyak sekali yang punya pemikiran selangkah lebih maju dari kita yah :(

Belajar Photoshop said...

Permasalahan ‘Brain Drain’ ini tentunya bukan hanya menjadi problem Indonesia, tetapi juga negara-negara berkembang pada umumnya...

Meningkatnya para tenaga ahli yang hijrah dari Indonesia dan berkarier di luar negara tentunya bukan tanpa alasan... Tunjukanlah prestasi sebaik-baiknya meskipun tidak bekerja di tanah air, bukankah para tenaga ahli Indonesia itu adalah delegasi bangsa yang bisa berperan untuk mempromosikan Indonesia.

catatan kecilku said...

Bener sekali Bang, orang Indonesia yg pinter2 banyak lho yg mengamalkan ilmunya di negara lain. Sayang banget ya?

AstyNNS said...

Salam kenal...
Menurut sy bekerja dimanapun itu krn rezekinya memang disana, bukan krn tidak cinta tanah air. Byk hal yg bs dilakukan utk memajukan negara ini walopun dilakukan dr luar negeri :D

attayaya-bono said...

pembahasan TV1 ini mirip kasusnya dengan pembahasan di Kompas akhir Oktober lalu mengenai hijrahnya peneliti berkualitas dari Indonesia.

hmmmm moga2 bukan karena brain wash pake sabun colek

Hariyanti Sukma said...

sepertinya ...sdh lama sekali gak kesini.... apa kabar ... Bun... kejutan juga nih bunda bertandang kerumah saya.... makasih ya...

Saya setuju dg pesan moral itu
"orang-orang briliant ini menyadari betul bakat dan kemampuan mereka. Mereka membutuhkan sesuatu yang memang layak mereka terima dan bukannya menyerahkan nasib dan takdir dengan kondisi yang ada. Mereka Hijrah ke suatu tempat yang bisa menjamin kesejahteraan mereka. Konsep take and give menjadi suatu kenincayaan di dunia ini" Hijrah juga telah dibudayakan oleh Nabi kita misalnya Nabi Muhammad... iya khan Bunda...

Arikelnya bagus sekali .... dan bermanfaat sekali.....semakin membuka jendela pikiran kita semua.

bintangair said...

kalo ngeliat tulisannya ini hasil kerja jari ayahnya double zee.

aku jadi ingat salah seorang temen yang lebih suka ke LN berpindah pindah negara pulak, dari pada di negeri sendiri, alsannya satu, income nya bisa berlipat lipat lipat lipat kali lebih gede di banding kalo kerja di negara sendiri