Ibarat kata pepatah lama ...
Sambil Menyelam Minum Air,
Sekali Dayung Dua, Tiga Pulau Terlampaui
... Mungkin itu adalah kata2 yang tepat untuk menggambarkan apa yang ku rasakan saat ini. Allah SWT telah memberikan apa yang dari dahulu aku impikan dan inginkan yaitu bekerja sambil wisata. Dalam kesempatan bekerja di luar negeri seperti ini, maka aku selalu berupaya enjoy dengan segala bentuk pekerjaan dan tanggungjawab. Dengan designation yang aku genggam saat ini memungkinkanku untuk mengenal lebih jauh banyak daerah2 yang ada di Malaysia, especially Sarawak. Dibawah ini aku akan memaparkan serba sedikit beberapa kota atau area yang sering aku kunjungi.
Adalah sebuah kota (bandar) yang mengalami perkembangan / pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini di dukung oleh keberadaan dan ditemukannya sumur2 minyak dan gas di lepas pantainya. Secara umum perkembangan ini mulai sekitar 15 tahun yang lalu. Sebelumnya Bintulu hanyalah sebuah district area di bawah regency Sibu. Perkembangan Bintulu saat ini juga di topang oleh banyaknya industri perkayuan dan oil palm. Mega project Hydro electric Bakun juga saat ini masih terus dikerjakan yang mana projek ini sudah mulai dikerjakan lebih kurang 10 tahun yang lalu, tetapi hingga kini masih belum juga rampung.
2. Sibu
Merupakan sebuah Bandar Raya (kota besar) yang sudah cukup tua. Menjadi pusat pemerintahan sejak zaman kolonial. Sebagai Bandar Raya, maka populasi penduduknya juga sangat banyak, berbagai company / group besar juga menancapkan tiang kantor pusat (HQ) disini. Tetapi sejauh ini Sibu sudah bukan lagi menjadi sebuah Bandar yang secara massive melakukan pertumbuhan, kemungkinannya adalah karena sudah sampai kepada titik jenuh. Sehingga area2 lain sekarang menjadi pusat tumpuan perkembangan ekonomi yang lebih tajam.
Minyak & gas adalah urat nadi sebuah dusun kecil yang bernama Miri. Dusun kecil ini sekitar 50 tahun yang lalu hanyalah Kampung Nelayan di muara Sungai Baram atau juga sering di sebut Kuala Baram. Ketika sumur2 minyak dan gas ditemukan di Miri, maka banyak perubahan dan perkembangan yang terjadi di Bandar tepi laut Cina Selatan ini. Geliat ekonomi dan fokus negara mulai tertuju kesini. Saat ini Miri adalah Bandar Raya terbesar kedua setelah Kuching. Lokasi Miri yang sangat strategis dan memiliki crossing border dengan Brunei di Sungai Tujuh, membuat atau memberikan dampak ekonomi yang sangat signifikan. Miri juga memiliki banyak sekali manufacturing company dengan basic kayu, palm oil, dll.
4. Kuching
Sebagai Ibu kota (Bandar Utama) di Sarawak, Kuching adalah salah satu pintu gerbang (kalau pakai pesawat) untuk menuju Sarawak. Bandar ini memiliki kelebihan utama adalah sangat dekat dengan crossing border dengan Indonesia (Tebedu - Entikong). Hanya lebih kurang 2 jam kita sudah sampai di border. Kuching adalah pusat pemerintahan Negeri Sarawak Bumi Kenyalang. Selain legal border, maka dari Kuching ke Indonesia (wilayah Kalbar) juga banya sekali tersedia "Jalan Tikus" yang illegal, sehingga tidak mengherankan bila banyak TKI illegal masuk dan sulit dikontrol, karena kalau mereka adalah orang lokal, maka face, dialek, bahasa, dll adalah sama saja sehingga sulit untuk membedakannya, kecuali setelah dilakukan pemeriksaan IC (KTP).
5. Marudi
Malang sekali nasib Distric Marudi. Sejak Zaman kolonial, daerah ini adalah salah satu pusat pemerintahan dengan wilayah jajahannya sampai ke Miri. Tetapi apa yang terjadi saat ini, Miri sudah berkembang pesat dengan menjadi Bandar Raya, Marudi masih menjadi District Area dengan kemajuan yang sangat-sangat lambat. Hal ini dapat difahami, secara geografis, posisi Marudi kurang strategis, berada di Tanjung Sungai Baram, wilayah ini terletak di pedalaman. Banjir adalah sesuatu yang lumrah disini sejak zaman dahulu kala. Sehingga dengan kondisi seperti ini dapatlah difahami mengapa akhirnya Miri yang menjadi pusat pemerintahan (regency) dan Marudi berada di bawah Miri. Segala sumber daya alamnya seperti kayu dan oil palm dikirim ke Miri melalui sungai Baram, sehingga lengkaplah sudah penderitaan Marudi hanya sebagai sapi perahan, seperti nasib banyak wilayah di Indonesia.
6. Long Lama
Saat ini kita dapat melalui darat ke areal ini karena sudah ada jasa ferry dengan membayar RM 15 per kendaraan roda 4. Long Lama berada di salah satu Tanjung Sungai Baram juga, tepatnya di bagian Hulu Marudi. Long dalam bahasa lokal artinya adalah sungai, maka Long Lama artinya adalah Sungai Lama. Long lama secara administratif adalah di bawah Daerah Majlis Marudi artinya areal ini dibawah wilayah admistratif distric Marudi. Kampung ini hanya kecil saja, tetapi menjadi salah satu pusat perdagangan untuk supply sembako ke wilayah2 pedalaman (remote area). Sekolah2 lengkap dengan asrama dan apartemen untuk guru juga tersedia disini, karena biasanya murid2nya adalah dari pedalaman dan tidak ada tempat tinggal, maka disediakan asrama sedangkan apartemen untuk guru, karena majority guru2 di Malaysia berasal dari Semenanjung (Malaysia Barat).
7. Lawas
Ini adalah district area terluar / terjauh dari Negeri Sarawak. Lawas adalah areal dengan 2 crossing border. Pertama dengan Temburong Brunei dan yang kedua dengan Merapok Sabah. Sebagaimana yang harus di fahami sebelumnya, Malaysia adalah suatu negara Federal dan ketika kesepakatan Sarawak bersedia bergabung dengan Malaysia, salah satu klausul penting adalah "semua warga negara Malaysia yang ingin masuk Sarawak harus menggunakan passport". So.. inilah yang membuat semua pintu perbatasan Sarawak baik dengan negara lain ataupun dengan negara bagian (federal) lain juga harus ada pemeriksaan immigration & custom. Jika kita dari Miri mau menuju Lawas menggunakan kendaraan darat, maka kita akan bertemu 4 pintu gerbang. Di setiap pintu gerbang terdiri dari 2 bagian, maksudnya adalah seperti check point Sungai Tujuh. Pertama kita akan cek passport di Immigration Malaysia, setelah itu cek lagi di immigration Brunei, kemudian begitu seterusnya hingga ke pintu gerbang yang keempat kita keluar dari wilayah Temburong, sampai akhirnya masuk ke Lawas. Jadi kalau WNI mau ke Lawas maka passport akan di stempel 8 kali untuk satu kali perjalanan. Lumayan kan buku passport akan cepat habis. Dari Lawas kalau kita mau ke Kota Kinabalu (Ibu kota Negeri Sabah) hanya memerlukan waktu 1,5 - 2 jam saja menggunakan kendaraan darat. Tetapi sekali lagi kita akan di stempel passportnya ketika keluar Sarawak dan masuk Sabah.
Demikianlah sekilas pandang beberapa wilayah / bandar yang sering aku jalani. Bahagia & senang rasanya dapat melihat wilayah orang lain untuk menambah referensi apalagi secara gratis.
Marudi - Sarawak